Mohon tunggu...
Tinezia Tanjung
Tinezia Tanjung Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi uajy

fisip uajy'19

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Drama Korea di Kalangan milenial

23 Maret 2021   21:06 Diperbarui: 23 Maret 2021   21:16 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Globalisasi yang sedang marak akhir-akhir ini membawa perubahan dalam kehidupan kita. Khusunya globalisasi yang terjadi pada media, informasi yang sangat cepat untuk menyebar di kalangan masyarakat khusunya sangat cepat diterima di kalangan milenials. Sebagai contoh penyebaran industri hiburan Korea saat ini sangatlah maju dan berkembang di berbagai negara, Dari perkembangan itu mengakibatkan negara korea sangat dikenal di seluruh dunia. Kemudian apa saja yang berkaitan dengan Korea juga menjadi trend yang sangat digemari oleh kalangan milenial khusunya wanita. Contoh gelombang korea yang sangat cepat menyebar adalah pada Drama nya. Drama Korea sekarang ini telah berhasil merebut banyak hati penontonnya. Hal itu di gemari karena lebih kepada actor yang terlihat sangat tampan, tentunya banyak milenial perempuan yang sangat menggandrungi ancor-actor korea yang memiliki wajah tampan seperti Nam joo Hyuk, Cha Eun Woo, Hyun Bin, Kim So Hyun dan masih banyak lagi. 

Drama korea memang erat kaitanya dengan penonton perempuan. Karena Drakor sendiri banyak dicirikan sebagai tontonan yang memiliki karakteristik seperti romansa, kisah cinta. Tetapi berbanding terbalik dengan kaum laki-laki khusunya di Indonesia. Drama Korea dianggap sebagai tontonan yang tidak mencerminkan kejantanan laki-laki dan menganggap drama korea adalah tontoan untuk perempuan. Padahal Drama Korea tidak hanya menyajikan tontonan yang bergenre romantis saja, tetapi banyak juga drama korea yang bergenre action seperti vagabon, the K2, dan masih banyak lagi. Tetapi tidak semua kaum laki-laki yang menganggap seperti itu, bahkan banyak juga laki-laki yang menikmati dara korea. Parahnya, di Indonesia kaum laki-laki yang tidak bisa menerima dan memiliki pendapat sendiri mengenai drama korea memiliki stereotip bahwa laki-laki yang menonton drama korea memiliki kesan kurang jantan dan melankolis.

Drama korea hadir berarti membuktikan bahwa budaya populer juga mulai muncul di negara kita. Budaya Populer merupakan budaya sederhana yang dikenal dan disukai banyak orang (Storey 2015:55). Hal ini seperti budaya korean wave melalui drama korea yang sangat berkembang di Indonesia, dan menjadi budaya populer di kalangan milenials. Hal itu ditunjukan bahwa semua yang berbau Korea, maka remaja Indonesia sangat antusias untuk mengikutinya. Karena drama korea saat ini dikonsumsi terus menerus hingga menjadi kebudayaan baru. Apalagi sekarang ini banyak sekali drama korea yang ditayangkan di televisi Indonesia seperti The world of the Married dan The Penthouse, hal ini memudahkan masyarakat Indoensia karena tontonan tersebut tidak berbayar.  

Subkltural

Subkultural merupakan cara masyarakat atau sekelompok orang memandang budaya dengan sudut pandang yang berbeda (Ryan, 2010). Hal ini terjadi karena perbedaan ras, kelas sosial, jenis kelamin, agama, ras, usia atau kombinasi faktor-faktor tersebut. sekelompok orang tersebut biasanya menunjukan sebuah simbol atau perilaku tertentu terhadap sebuah budaya. Kebudyaana dalam subkulltural mengacu pada seluruh cara hidup seseroang yang menjadikan dunia ini hanya dapat dipahami oleh orang itu sendiri atau sekelompoknya. 

Politik identitas

Politik identitas merupakan sebuah alat suatun kelompok seperti etnis, suku, budaya, agama yang ditunjukan untuk tujuan tertentu. Kemudian politik identitas ini juga dianggap sebagai bentuk perlawanan untuk menunjukan jati diri suatu kelompok tersebut. Kaitannya dengan budaya populer dan subkultural adalah, disini subkultural juga merupakan bentuk perlawanan terhadap budaya yang mainstream. Budaya populer disini merupakan darama korea yang digemari oleh kebanyakan kaum wanita, tetapi disini kaum laki-laki terbentuk sebagi subkultural yang melawan budaya tersebut karena mereka memilki sudut pandang sendiri mengenai drama korea yang tidak mencerminkan jiwa laki-laki. Subkultural ini terbentuk karena aspek dari jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yang memiliki sudut pandangnya sendiri-sendiri. 

Referensi 

Ryan, M. (2010). Cultural Studies: A Practical Introduction. UK: Wiley-Blackwell. 

Storey, J. (2015). An Introduction: Cultural Theory and Popular Culture (7th ed.). Routledge: New York. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun