Pernikahan ibarat membuat lembaran baru dalam sebuah buku. Dan di tahun 1999 aku memutuskan untuk meresmikannya dengan pilihan hati.
Di tahun itu kami melakukan foto prewedding di studio indoor, karena saat itu masih jarang fotografer yang melakukannya di outdoor.
Ada beberapa baju yang sudah dipersiapkan, kebaya modern, batik kembar dan simpel dress dan jas formil juga blazer. Mas-ku yang ga suka foto tampak menurut kepada fotografer saat itu.
Menit demi menit semua berjalan lancar, ganti kostum dengan beberapa gaya. Saat diminta untuk posisi berdiri, jeng jenggg.... keliatan jomplang dengan tinggiku yang cuman sebahu si-mas...
Dulu sih punya obsesi dapat pasangan yang tinggi (yahh perbaikan keturunan gituhh)
Gimana donggg ... !!??
Lirik kiri kirik kanan...
ga ada dingklik diruangan itu,
the show must go on,
Alhasil supaya terlihat difoto manis dan proporsional, dua tumpuk yellow pages yang ada di atas meja jadi ganjelan kakiku untuk berdampingan dengan sang pangeran.
Dan lembaran baruku dimulai dengan tumpukan lembaran kuning dari yellow pages.
Yellow pages adalah buku besar berwarna kuning dijaman sebelum tahun 2000-an. Buku yang sangat familiar dengan semua orang di zamannya karena nyaris ada di semua rumah dulunya. Ini merupakan buku wajib di setiap wartel. Buku ini menyediakan berbagai nomor telepon, di saat alat komunikasi masih berupa pager atau ponsel yang ukurannya besar dan masih belum terlalu banyak orang yang pakai. Nomor telepon itu bisa nomor penting seperti Polisi, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, kantor, hingga nomor telepon penduduk, bahkan nomer telpon restoran dan tempat huburan mauoun wisata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H