Mohon tunggu...
Tina Ristiana
Tina Ristiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Makalah Penyelesaian Audit

29 Mei 2015   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 5787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAB I

PENDAHULUAN

Prosedur yang dilaksanakan dalam penyelesaian audit mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda sebagai berikut:

(1) prosedur itu tidak bersangkutan dengan siklus transaksi atau akun-akun spesifik,

(2) prosedur itu dilaksanakan sesudah tanggal neraca,

(3) prosedur itu melibatkan banyak pertimbangan subyektif oleh auditor, dan

(4) prosedur itu biasanya dilaksanakan oleh manajer audit atau anggota senior lainnya dari tim audit yang mempunyai pengalaman yang luas sebagai klien.

Dalam menyelesaikan audit, auditor seringkali menghadapi kendala waktu yang ketat, terutama ketika klien berusaha mendapatkan tanggal yang paling cepat untuk penerbitan laporan audit.Meskipun waktu bukan merupakan mitra bagi auditor, namun auditor harus memanfaatkan waktu tersebut untuk membuat pertimbangan profesional yang baik dan menyatakan pendapat yang tepat dalam situasi bersangkutan.

Untuk tujuan pembahasan, tanggung jawab auditor dalam meyelesaikan audit dibagi menjadi empat kategori berikut: (1) menelaah kewajiban kontijensi (bersyarat),

(2) menelaah peristiwa kemudian,

(3) pengumpulan bahan bukti akhir, dan

(4) mengevaluasi hasil. Selain itu akan dibahas pula komunikasi dengan komite audit dan manajemen.

Setelah menjelaskan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam penyelesaian audit, kemudian harus diberikan pertimbangan pada tanggung jawab auditor setelah audit.Tanggung jawab ini berkaitan dengan peristiwa yang terjadi sesudah tanggal laporan audit.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Menelaah Kewajiban Kontijensi dan Komitmen

Kewajiban kontijensi atau yang dikenal sebagai kewajiban bersyarat merupakan potensi utang di masa depan kepada pihak luar atas jumlah yang belum dapat ditentukan yang dihasilkan dari aktivitas yang telah dilakukan. Terdapat tiga kondisi yang diperlukan atas munculnya kewajiban kontijensi, yaitu:

1.Terdapat potensi pembayaran di masa mendatang kepada pihak luar atau penurunan nilai asset yang dihasilkan dari kondisi sekarang.

2.  Terdapat ketidakpastian jumlah pembayaran atau penurunan nilai di masa mendatang.

3.  Hasilnya akan diperoleh dari kejadian di masa mendatang.

Ketidakpastian atas pembayaran di masa mendatang dapat bervariasi dari sangat mungkin terjadi sampai kemungkinan besar tidak terjadi.Adapun menurut PSAK 57 dijelaskan tiga tingkatan kemungkinan keterjadian dan perlakuan atas laporan keuangan yang dapat digunakan sebagai standard evaluasi dalam mempertimbangkan dan melakukan penilaian secara profesional bagi auditor terhadap kondisi pelaporan klien.

Tabel 2.1 Kemungkinan Keterjadian dan Perlakuan Laporan Keuangan

Kemungkinan keterjadian peristiwa

Perlakuan laporan keuangan

Remote (kecil kemungkinan)

Tidak diperlukan pengungkapan

Reasonably possible (lebih besar dari remote tapi lebih kecil dari probable)

Diperlukan pengungkapan catatan kaki

Probable (mungkin terjadi)

Jika jumlah dapat diestimasi secara masuk akal, maka akun-akun laporan keuangan disesuaikan.

Jika jumlah tidak dapat diestimasi secara masuk akal, maka diperlukan pengungkapan catatan.


Beberapa kewajiban kontijensi yang merupakan kepentingan utama auditor, ialah:

a)Tuntutan tertunda (pending) untuk pelanggaran paten, kewajiban produk, atau tindakan lainnya;

b)  Perselisihan mengenai pajak penghasilan;

c)  Garansi produk;

d)  Diskonto wesel tagih;

e)  Jaminan atas kewajiban pihak lain;

f)  Saldo tak terpakai dari perjanjian kredit (letter of credit) yang beredar.

Standar audit mensyaratkan bahwa manajemen, bukan auditor,bertanggung jawab atas identifikasi dan penetuan perlakuan akuntansi yang tepat untuk kewajiban kontinjensi dan pada dasarnya dalam pengungkapan atas kontijensi dapat dilakukan atas kerjasama pihak manajemen dengan auditor.Tujuan utama auditor dalam melakukan verifikasi kewajiban kontijensi adalah:

1)Mengevaluasi perlakuan akuntansi atas kewajiban kontinjensi yang diketahui untuk menentukan apakah manajemen telah mengklasifikasikan kontijensi dengan benar tujuan penyajian dan pengungkapan untuk klasifikasi).

2)  Mengidentifikasi praktek kontinjensi yang belum diidentifikasi manajemen (tujuan penyajian dan pengungkapan untuk kelengkapan).

Komitmen sangat berkaitan erat dengan kewajiban kontinjensi. Komitmen meliputi hal-hal seperti perjanjian untuk membeli bahan baku atau melakukan sewa guna usaha suatu fasilitas pada harga tertentu dan penjualan barang dagangan pada harga yang sudah ditentukan. Karakteristik dalam komitmen yaitu perusahaan setuju berada dalam kondisi tertentu di masa mendatang, tanpa memperhatikan apa yang terjadi dengan laba perusahaan atau perekonomian keseluruhan. Perusahaan biasanya menjelaskan seluruh komitmen, baik dalam penjelasan tambahan terpisah maupun digabungkan, dengan sebuah catatan mengenai kontinjensi.

Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi

Langkah pertama dalam melakukan audit kontijensi adalah menentukan apakah terdapat kontijensi (tujuan penyajian dan pengungkapan atas keterjadian). Seperti pada kenyataannya, lebih sulit menemukan transaksi yang tidak tercatat daripada melakukan verifikasi atas informasi yang tercatat. Saat auditor mengetahui terjadi kontijensi, mereka akan melakukan evaluasi Materialitas dan Pengungkapan Penjelasan Tambahan. Berikut adalah prosedur audit yang biasa digunakan oleh para auditor dalam mengaudit kewajiban kontijensi:

1.Melakukan tanya-jawab dengan pihak manajemen (langsung/tertulis) tentang tercatatnya kontijensi.

2.  Menelaah laporan agen penerimaan internal pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya atas penentuan pajak penghasilan.

3.  Menelaah notulensi pertemuan direktur dan pemegang saham bila ada indikasi tuntutan hukum atau kontijensi lainnya.

4.  Menelaah kondisi hukum untuk periode audit dan menelaah tagihan dan pernyataan dari penasihat hukum atas terjadinya kewajiban kontijensi.

5.  Memperoleh surat dari penasihat hukum atas status kewajiban kontijensi

6.  Menelaah dokumentasi audit bila terdapat informasi yang mengindikasikan terjadinya kontijensi.

7.  Memeriksa letter of credit yang berlaku pada tangal neraca dan memperoleh konfirmasi untuk saldo yang digunakan dan tidak digunakan.

Evaluasi Kewajiban Kontijensi yang telah Diketahui

Jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontijensi, maka mereka harus mengevaluasi signifikansi potensi utang dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti atas keterjadian atas hak dan kewajiban dalam tujuan penyajian dan pengungkapan.Untuk kontijensi yang membutuhkan pengungkapan, auditor juga menelaah konsep penjelasan tambahan untuk memastikan bahwa informasi yang diungkapkan dapat dipahami dan dinyatakan dengan wajar sesuai kondisi kontijensi.Dalam kondisi lain, pengungkapan mungkin tidak diperlukan jika kontijensi tersebut sifatnyalemah atau tidak material.

Prosedur Audit untuk Menemukan Komitmen

Penelitian untuk mencari komitmen yang belum diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit atas masing-masing area audit. Misalkandalam melakukan verifikasi penjualan, auditor seharusnya waspada atas adanya komitmen penjualan.

Tanya Jawab dengan Pengacara Klien

Tanya jawab dengan pengacara klien merupakan prosedur utama yang diandalkan auditordalam mengevaluasi proses hukum yang ada atau tuntutan lain atas klien danmengindentifikasikan bila ada masalah lainnya. Beberapa tahun terakhir pengacara engganmemberikan informasi kepada auditor sehubungan dengan kewajiban mereka untuk menjagakerahasiaan informasi klien. Jenis-jenis penolakan pengacara dalam memberikan informasikepada auditor mengenai kewajiban kontijensi kliennya dapat dibagi menjadi dua hal:

1.Pengacara tidak mau menanggapi karena tidak memahami kewajiban kontijensi.

2.  Pengacara tidak mau mengungkapkan informasi karena sifatnya rahasia.

Jika pengacara tidak mau memberikan informasi kepada auditor mengenai tuntutan hukumyang ada secara material (klaim yang sudah diajukan/asserted claim) atau klaim yang diajukan,maka auditor harus memodifikasikan laporan audit agar dapat menggambarkan kurangnya buktiyang tersedia (pembatasan ruang lingkup yang mensyaratkan adanya kualifikasi atau punpenolakan pemberian opini). Hal ini dalam PSA 74 (SA 337) akan mensyaratkan manajemenuntuk memberikan izin kepada pengacaranya agar menginformasikan adanya kewajibankontijensi kepada auditor dan mendorong pengacara untuk bekerja sama dengan auditor dalammemperoleh informasi kontijensi.

2.2. Menelaah Peristiwa Kemudian

Telaah peristiwa kemudian atau kejadian setelah tanggal neraca harus dilakukan auditor untuk menelaah transaksi dan kejadian yang muncul setelah tanggal neraca untuk menentukan apakah terdapat transaksi atau kejadian yang mempengaruhi penyajian dan pengungkapan pada laporan periode berjalan.Prosedur audit ini disyaratkan di PSA 46 (SA 560).Tanggung jawab auditor atas telaah kejadian setelah tanggal neraca biasanya terbatas pada periode awal, yaitu pada tanggal neraca dan berakhir pada tanggal laporan auditor. Oleh karena tanggal laporan auditor merupakan saat penyelesaian prosedur audit yang penting di kantor klien, maka telaah kejadian setelah tanggal neraca harus diselesaikan mendekati akhir audit.

Tanggal neraca Tanggal laporan audit             Tanggal penerbitan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun