Krisis energi yang ingin kita hindari di masa depan, sejatinya akan berdampak secara berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada perempuan, dampak krisis energi akan menambah beban secara fisik dan juga psikis. Hal ini dikarenakan di Indonesia, umumnya beban pekerjaan domestik ditanggung oleh perempuan terutama mereka yang tinggal di pedesaan.
Peran Perempuan Sangat Penting Dalam Efisiensi Energi
Peran perempuan di Indonesia yang masih sangat lekat dengan peran-peran domestik, memungkinkan perempuan menjadi penentu sekaligus menjadi pihak yang rentan terkena dampak dari pola konsumsi energi dalam sebuah keluarga atau rumah tangga.Â
Sebagai penentu, perempuan berperan besar dalam upaya efisiensi energi dan pengurangan emisi dalam skala rumah, seperti menghemat penggunaan listrik, air hingga pengurangan limbah rumah tangga. Namun, disisi lain perempuan juga menjadi pihak yang rentan terkena dampak, baik dampak positif maupun negatif, dari penggunaan energi.
Oleh sebab itulah, sebagai seorang perempuan terutama ibu rumah tangga, dituntut harus bisa mencari sumber energi alternatif, ketika ketiadaan energi terjadi. Karena perempuan adalah penyedia utama kebutuhan energi dalam rumah tangga.Â
Perempuan juga sebagai pencari sumber energi alternatif, ketika ketiadaan energi terjadi. Akan tetapi yang terjadi faktanya saat ini perempuan hanya diposisikan sebagai konsumen untuk memenuhi kebutuhan keseharian atau ranah domestik. Bisa kita lihat dalam hal peranan dalam rumah tangga, perempuan memiliki peran untuk mencari alternatif bahan bakar pengganti minyak dengan sumber energi seperti surya [matahari], air, angin, biomassa dan biofuel yang berasal dari hasil pertanian dan hutan.Â
Selama paradigma transisi energi adil hanya mengontrol pertumbuhan ekonomi, maka perempuan dan kelompok rentan masih menjadi bagian terpinggirkan. Banyak yang melihat sisi kelemahan perempuan. Yess terkadang perempuan masih diartikan mahluk lemah yang tidak paham apa-apa. Akibatnya perempuan semakin jauh dari persoalan energi. Selama paradigma transisi energi adil hanya mengatrol pertumbuhan ekonomi, maka perempuan dan kelompok rentan masih menjadi bagian terpinggirkan.
Padahal dalam konteks energi terbarukan perempuan punya peran mengusahakan bahan bakar pengganti minyak. Di desa-desa yang penduduknya masih menggunakan sumber energi dari alam seperti energi panas dari kayu bakar atau listrik dari genset berbahan bakar bensin untuk menerangi rumah-rumah mereka, akses terhadap energi terbarukan sangat penting.Â
Ketersediaan energi terbarukan akan sangat membantu perempuan di desa-desa yang tidak terjangkau oleh tiang listrik negara dalam meringankan beban mereka sehari-hari. Beban itu antara lain adalah beban fisik (tenaga) dalam mencari, mengumpulkan kayu bakar, beban biaya untuk membeli bahan bakar bensin, beban kesehatan seperti gangguan pernafasan yang mungkin akan muncul akibat asap yang ditimbulkan dari pembakaran kayu dan dampak lainnya.
Dari segi akses terhadap energi terbarukan, baik berupa akses akan informasi maupun teknologi, perempuan seharusnya juga mendapatkan porsi yang sama dengan yang didapatkan laki-laki. Akses informasi misalnya, dapat memberikan pemahaman kepada perempuan mengenai jenis energi yang sesuai dengan kebutuhannya.Â
Akses akan teknologi dapat memberikan peluang kepada perempuan untuk berperan lebih besar dalam efisiensi dan transisi energi. Semakin besar akses dan keterlibatan perempuan dalam transisi energi, akan semakin banyak perempuan lain yang terbantu dan akhirnya ikut mendukung transisi energi lebih cepat hingga ke tingkat atas.