Mohon tunggu...
Tina Lumenta
Tina Lumenta Mohon Tunggu... Administrasi - Bekerja di sebuah lembaga pendidikan.

Pengamat kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Renungan berharga dari Piala Dunia.

24 Juni 2014   07:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:23 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegagalan tim-tim elite yang dijagokan akan menjuarai Piala Dunia seperti Spanyol, Inggris, dan (segera menyusul) Portugal sebenarnya bukanlah hal baru yang mengejutkan bagi saya. Di Piala Dunia edisi 2002 Korea-Jepang, hal seperti yang terjadi kali ini juga terjadi pada saat itu. Sang juara bertahan Prancis yang masih memiliki Zidane tersungkur di penyisihan grup, Portugal yang dijagokan bisa lolos dipecundangi Amerika Serikat dan tuan rumah Korea Selatan. Belum selesai sampai di situ, dua jagoan Eropa Italia dan Spanyol disingkirkan di fase 16 dan 8 besar secara beruntun oleh tuan rumah saat itu Korea Selatan. Ya, edisi 2002 mengejutkan dunia pada saat itu, walau pada akhirnya tim dengan tradisi sepak bola yang kuat Brazil dan Jerman yang sukses menguasai final dan kemudian Brasil yang keluar sebagai juaranya.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari runtuhnya si juara bertahan di edisi 2002 dan 2014 kali ini?

Tanpa Motivasi-->Terlena-->Gagal

Bayangkan, anda adalah seorang ahli di bidang tertentu, suatu ketika anda diminta untuk mengerjakan sebuah proyek penting yang sesuai dengan keahlian anda dimana persiapan sangat dibutuhkan. Lalu karena sudah terbiasa apakah anda akan bersikap santai? Mengentengkan? Menganggap gampang? Itu adalah kesalahan fundamental paling berbahaya!

Lihat Prancis di 2002, padahal mereka dengan sempurnanya mengawinkan gelar juara dunia 1998 dan juara Eropa 2000, apa yang terjadi di 2002? Keok sebelum fase knock out!

Spanyol 2014 tidak ubahnya dengan Prancis 2002, juara dunia 2010, bahkan lebih gagah lagi dengan menggondol dua gelar Eropa 2008 dan 2012 back-to-back, mereka adalah tim tersukses dunia saat ini. Namun apa yang terjadi di 2014? Luluh lantak di penyisihan grup!

Mengapa kedua tim besar itu  menjadi pecundang di saat mereka sedang berjuang untuk mempertahankan prestasi?

Mempertahankan gelar memang jauh lebih susah daripada merebutnya, mempertahankan performa diri sendiri jelas menjadi sulit sekali di kala semua yang kita inginkan sudah diraih. Motivasi diri sendiri sirna begitu kita berada di atas angin. Maka  jadilah Prancis edisi 2002 dan Spanyol edisi 2014 yang sudah terlena dengan kesuksesan lalu kehilangan motivasi dan semangat lalu jadilah mereka terpeleset di misi mempertahankan gelar juara dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun