Mohon tunggu...
Tina Lumenta
Tina Lumenta Mohon Tunggu... Administrasi - Bekerja di sebuah lembaga pendidikan.

Pengamat kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hilangnya Tokoh Antagonis yang Bengis di The Raid 2 - Berandal

2 April 2014   06:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari minggu kemarin saya menyempatkan diri untuk menonton sekuel dari film nasional yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang semenjak kepopuleran filmnya yang pertama. Yak! The Raid yang merupakan besutan sutradara berkebangsaan Wales Gareth Evans yang rencananya akan dibuat trilogi ini telah menetapakan standar film action yang seharusnya begini loh!

Nah, sebagai seorang penonton yang baik, saya dengan setia (selalu) membanding-bandingkan sekuel dengan film pertamanya, saat saya menyaksikan Spider-Man yang kedua pasti akan saya bandingkan dengan yang pertama, pun begitu dengan film trilogi atau saga yang lain, saya pasti akan membandingkan film lanjutannya dengan yang pertama, tentu dengan ekspetasi bahwa saya akan melihat 'sesuatu' yang lebih mencengangkan di film lanjutannya.

Begitu pula dengan The Raid, saat saya terpukau dengan edisi pertamanya dimana kengerian satuan tim penyerbu gedung apartemen pengedar narkotika terkejam yang pernah ada sungguh terasa di sepanjang film. Saya sungguh terhipnotis dengan akting antagonis Ray Sahetapy sebagai bos Tama dengan tag linenya "Mari bersenang-senang!!" bergema di seluruh lantai apartemen itu. Kemudian Kang Yayan Ruhian dengan aktingnya sebagai si anjing gila yang tidak akan begitu mudah dilupakan orang, hanya dengan kehadiran mereka berdua saja, maka kengerian gedung apartemen yang terasa tinggi itu semakin menyeramkan untuk si polisi Rama (Iko Uwais) dan kawan-kawan.

Tentu dengan film pertama yang segahar itu, saya sangat mengharapkan 'lebih' untuk yang kedua. Saya mengharapkan penjahat yang lebih jahat, action yang lebih seru, dan ketegangan yang lebih intens. Hampir semua keinginan saya tercapai, yak, hampir semuanya, kecuali satu, tokoh jahat yang masih kurang 'jahat'.

Tio Pakusadewo yang (tadinya) saya kira akan menggantikan sosok bos Tama di film pertama sebagai bos mafia yang bakalan tanpa ampun, ternyata karakternya justru lebih mengarah ke bos yang rapuh. Ia diceritakan tidak sanggup membendung keinginan si anak Uco (Arifin Rahman) yang sangat menginginkan kekuasaan ayahnya secepatnya. Arifin Rahman sendiri tidak bisa dibilang  jelek (sebenarnya), namun karakternya jahat yang harusnya ia 'ambil alih' di film ini masih agak kurang terasa bagi saya, tekanan batin sebagai seorang anak yang masih berada di bawah bayang-bayang nama besar sang ayah masih tidak terlihat di mata saya, bukankah seharusnya ia yang pada akhirnya menyita perhatian penonton sebagai 'the main villain'? Lalu ada Alex Abad, si pembunuh (yang kalau saya bilang) oportunis yang memanfaatkan celah yang ada untuk keuntungan pribadinya, ya... di mata saya (lagi-lagi)cuma terlihat perlentenya saja tanpa ada kesan brengsek di karakternya. Kesan brengsek yang saya lihat di film ini justru muncul dari (lagi-lagi) aktor senior Roy Martin yang memerankan seorang polisi korup, walaupun Roy Martin hanya tanpil sebentar, namun 'keberengsekan' nya nyata terlihat ketika ia mengganggap rendah si Uco dan memanggilnya 'kacung' (kalau saya tidak salah ingat). Karakter lain yang saya lihat mengesankan (kembali) datang dari aktor senior Cok Simbara sebagai satu-satunya polisi jujur selain Rama di film ini, walaupun hanya sebentar namun karakter Cok Simbara sebagai atasan polisi masih melekat di ingatan saya hingga saat ini. Tiga aktor Jepang yang bergabung di keluarga Goto juga (sebenarnya) oke, hanya di film kedua ini memang porsinya tidak banyak, entah apakah mereka akan disimpan untuk seri ke-3? Lalu Oka Antara, ya... Peran Oka sebagai Eka di sini jelas lebih masuk akal ketimbang perannya di the Killers, Oka lebih cocok jadi Intel ketimbang jadi psikopat gagal.

Secara keseluruhan sekuel kedua dari trilogi The Raid ini sesungguhnya tidaklah mengecewakan, adegan actionnya keren, ketegangannya seru, namun saya sungguh kehilangan sosok antagonis yang sejatinya merupakan syarat utama bagi sebuah film action yang menarik, tidak ada lagi tokoh jahat yang bisa mengeluarkan quote 'bengis' seperti "Mari Kita bersenang-senang!"

Tapi bagaimanapun juga seri ketiga dari The Raid ini akan tetap saya tunggu, karena saya juga penasaran bagaimanakah akhir kisah dari pahlawan kita si polisi Rama? Dan semoga para penjahat yang muncul bisa lebih keren lagi daripada hanya sekedar membelah leher orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun