Namaku Rifka, Rifka Shakila Zhafran, Empat tahun lalu umi memberiku mainan baru yaitu dilahirkanlah adekku yang bernama Rafka Shaquile Zhafran, kami terlahir dari keluarga sederhana, abi dan umi sudah lama mengajar di salah satu sekolah swasta di daerah kami."sayang sholat dulu nak, sudah adzan maghrib itu" umi datang dengan keadaan sudah mengenakan mukenah birunya, menemuiku dikamar yang masih asik dengan boneka baru hadiah Oma tadi siang. Keluargaku memang mengajarkan sejak dini mengenai kewajiban sebagai muslim seperti halnya sholat dan puasa ramadhan, terutama diusiaku yang kini menginjak 10 tahun adekku Rafka masih berusia 4 tahun.
"ayok umi, tapi kita sholatnya bareng ya" aku menuruni ranjang tempat tidur dan kini umi mensejajarkan tingginya denganku, kedua tangan lembutnya sudah bersarang dipipiku, hangat dan nyaman, sesaat setelah umi melepaskan pelukan nya.
"iya sayang, sekarang Rifka ke kamar mandi ambil wudlu abis itu kita shalat berjama'ah dengan abi yahhhh" Â aku mengangguk
"iya tunggu ya umi"
"iya iya, syuuuutt jangan keras-keras nanti adek bangun" umi menghampiri adek yang tertidur pulas di ranjang sebelah ranjangku.
Sejauh ini keluargaku benar-benar menggapai sakinah mawaddah warohmah, surga yang dirindukan kebanyakan orang kini di rumahku sendiri aku temukan surga itu, mungkin kalian tak kan menduga bagaimana bisa anak sekecil Rifka mampu merasakan kebahagiaan yang begitu nyata tanpa rekayasa, tentu saja dengan jutaan kasih yang ku dapatkan dan limpahan sayang yang mereka berikan, sungguh aku tak ingin Tuhan menghilangkan kebinaran surga yang sudah tertanam di keluarga kecilku ini. Selepas sholat dan dzikir, aku berisik dalam do'a, do'a tulus anak kecil polos yang sangat mencintai keluarga.
"Ya Allah..... sehatkan abi dan umi, pancarkan selalu kebahagiaan diwajahnya, Rifka cinta abi  sayang umi, Rifka mohon ya Allah, Aamiin" kuusapkan tangan mungilku di wajah imutku yang polos, umi dan abi memperhatikan sikapku, mereka tersenyum, aku juga. Aku menciumi punggung tangan abi dan umi kemudian umi membawaku kedalam dekapannya.
"Dek, menurutku lebih baik kamu berhenti ngajar, biar mas aja yang kerja, adek bisa lebih fokus sama keadaan keluarga terutama anak-anak"
"kalau sekiranya itu yang terbaik menurut mas, aku akan mengundurkan diri kepada pihak sekolah besok"
"iya soalnya aku bakalan sibuk diklat pengangkatan PNS, takutnya anak-anak akan merasa kesepian jika kita pada sibuk" Dari balik kamar aku mendengar obrolan umi dan abi di ruang tengah, aku bergumam dalam hati ternyata umi dan abi sangat menyayangiku dan rafka, terimakasih Ya Allah sudah mengirimkanku umi abi terbaik di dunia.
Keesokan harinya abi pamit akan melaksanakan diklat ditempat yang katanya jauh, Rifka tidak mengenal tempatnya, tapi abi bilang acara nya akan lama.