Mohon tunggu...
Timothy Yang
Timothy Yang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Dur dan Anekdotnya

16 Mei 2023   09:05 Diperbarui: 16 Mei 2023   09:15 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada umumnya, teks anekdot adalah sebuah karangan yang bersifat humor namun memiliki tujuan tersirat biasanya untuk mengkritik / menyindir pihak lain. Teks anekdot yang terlampir membiacarakan soal intelijen di Indonesia. Beberapa hal menarik yang saya temukan adalah mengenai tokoh pengarang anekdot ini, GusDur. Beliau memang seorang tokoh yang unik dan memegang posisi penting dalam sejarah Indonesia. Seperti yang disebut di dalam artikel, Gus Dur selalu menggunakan sebuah bentuk kelucuan untuk memenangkan hati pendengarnya sambil memberkan kritik yang pedas. 

Walaupun cukup pendek, menurut saya teks anekdot tersebut sangat lucu. Namun, ada hal lain di balik kelucuan itu. Itulah salah satu kekhasan dari teks anekdot, menyampaikan kritik, tersirat maupun langsung tertulis, melalui lelucon. Melalui teks, saya kira ada sindiran berat yang ingin disampaikan, khususnya kepada pihak yang disebutkan di dalam teks. Sindiran tersebut adalah kurangnya pelatihan untuk petugas BIN (Badan Intelijen Nasional). Sampai-sampai di dalam teks, tokoh intelijen tidak dapat membedakan diskusi dengan doa dalam bahasa Arab. 

Salah satu fungsi dominan teks anekdot ini adalah untuk menyampaikan sebuah kritik. Tentu jauh lebih membosankan apabila GusDur sekedar menguak masalah-masalah dan mengkritiknya melalui metode kovensional seperti pidato. Menghadapi hal tersebut, teks anekdot menghadirkan dirinya sebagai "jalan keluar" yang tidak hanya lebih mudah dicerna dan menghibur pembaca melalui humor, namun berhasil dalam menyampaikan kritikan ataupun sindiran. Pengunaan teks anekdot tersebut sudah sangat dikuasai GusDur dan kita dapat melihat contohnya seperti dalam artikel.

Saya sendiri setuju dengan teks anekdot tersebut. Dalam konteks tersebut, benar bahwa intelijen di Indonesia pada masa itu belum mapan meskipun digunakan dalam skala luas. Dalam konteks sekarang, intelijen sudah menjadi lebih bermanfaat dan terlatih, contohnya ketika bekerjasama mengungkapkan kasus korupsi dengan KPK (Komisi Pemberantas Korupsi). Tentu, dengan pelatihan yang demikian juga diperlukan tanggung jawab. Diperlukan juga pemonitoran lebih agar kuasa yang diberikan melalui pelatihan tidak disalahgunakan dan malah merugikan masyarakat yang seharusnya dibantu olehnya.

Untuk menanggapi lebih lanjut, saya kira sebaiknya saya mengangkat satu lagi dari anekdot terkenal yang dikarang Pak Gus Dur, judulnya "Siapa yang Paling Hebat?"

Bunyinya demikian:

| Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang "berdiskusi" tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi berenang mencari makan.

Bill Clinton (Presiden AS): Kalau Anda tahu, prajurit kami adalah yang terberani di seluruh dunia. Mayor, sini deh. coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh kali.

Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demi "The Star Spangled Banner" saya siap, (akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar hiu).

Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live America!

Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun