Mohon tunggu...
Catatan

Di Balik Payung Demokrasi

13 April 2015   01:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti kurun waktu dalam perkembangan zaman, Indonesia telah menempuh berbagai macam problematika dalam sosial, ekonomi maupun budaya. Terlebih ketika arus globalisasi kian marak dalam pergaulan yang mencerminkan adanya kebebasan. Dampak dari demokrasi bukan hanya menjalar dalam kehidupan sosial tapi juga budaya, yang pada akhirnya melahirkan tradisi baru yang tak karuan, meski tidak menyimpang. Zaman kekinian nampaknya banyak membawa dampak yang membuat masyarakat lupa akan jati dirinya atau bahkan melupakan tanah kelahirannya. Sebagaimana yang banyak disiarkan oleh media massa, arus globalisasi membawa hal yang amat significant dalam menilai sesuatu tanpa menyaring terlebih dahulu. Perspektif yang berbeda beda muncul dari perkembangan pemikiran yang berbeda beda pula. Masalahnya, si pelaku pembuat kekinian tidak bertanggung jawab dengan adanya dampak negatif yang disebabkan oleh ulahnya. Si pelaku pembuat kekinian mungkin hanya meraup keuntungan bagi dirinya seorang atau kelompok tertentu yang meyokongnya. Bekerja keras untuk kepentingannya yang menjadikan demokrasi sebagai tamengnya.

Pada dasarnya globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah, globalisasi merupakan suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang pada akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A.Jamil,dkk:2005). Sebagai proses, globalisai berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan antar sesama individu menurun, terutama dalam hal teknologi. Kegiatan apapun yang dilakukan secara instan yang merujuk pada kecanggihan alat-alat teknologi lah yang menyebabkan egoisme antar sesama manusia semakin tinggi, disamping itu persaingan antar kepentingan-pun semakin mencuat tanpa sensor, menyebabkan si miskin yang notabenenya sudah tidak tahu apa-apa semakin ketinggalan zaman.Dimana para peraup keuntungan bisa bebas menanamkan dan mengembangkan modal sebagai dampak dari demokrasi yang diciptakan arus globalisasi. Maka strata sosial di masyarakat semakin saja terlihat.

Globalisasi bukan hanya membuat kesenjangan sosial menjadi timpang, namun dalam perspektif politik, globalisasi membawa kultur demokrasi, yang mungkin sampai saat ini demokrasi dinilai sebagai ideologi yang paling baik karena bagian dari hasil penyempurnaan Liberal. Indonesia, sebagai negara dengan ideologi terbuka, menggunakan demokrasi sebagai ajang dari pelampiasan kisah traumatik masalalu, yang berefeksamping bahwa Indonesia tidak menyaring hal apasaja yang dibawa oleh arus globalisasi. Dimana, negara tidak dapat mengatur segala sesuatu yang bersifat privasi meski berkaitan dengan banyak hal. Maka, tindak kejahatan yang kian marak, kasus korupsi yang kian menggunung, juga kebohongan-kebohongan publik yang tersebarluaskan, akan menjadi biasa apabila segala sesuatu diatasnamakan demokrasi. Maka, atas dasar apa sebenarnya globalisasi itu membawa demokrasi? Tidakkah kita seharusnya berfikir ulang untuk menhadapi arus yang semakin hari semakin kekinian ini? Atau globalisasi merupakan suatu kewajaran seperti hujan yang ditahan oleh payung bernama demokrasi, namun dibalik itu semua meski terlihat melindungi, ternyata payungtetaplah payung, ia tak bisa menangkal angin, petir, badai atau bahkan hal sekecil air cipratan hujan. Begitupula dengan demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun