Jadi guru itu tidak mudah! setiap saat, semua ucapan, tindakan, dan sikapnya menjadi teladan bagi siswa. Salah sedikit saja, maka bisa berakibat tak baik bagi perkembangan siswa. Misalnya saja, saya pernah mengajari kepada anak didik saya agar kalau buang angin jangan sembarangan, mereka langsung menurutinya. Dan sejak saat itu, kalau mereka menginap di sekolah menemaniku, mereka pasti akan keluar kalau ingin buang angin.
Namun pernah suatu kali, karena iseng dan males bergerak, saya buang angin saja di depan mereka. Langsung deh mereka protes, “Ah kemarin kata bapak kalau buang angin harus keluar, nggak boleh di depan orang lain?”
“Mati gue!!”
“Maaf ya, tadi nggak sengaja” saya berkilah. Dan sejak saat itu saya berjanji tidak akan buang angin sembarangan di depan mereka.
Jadi guru itu tidak mudah! semua yang dilakukannya akan direkam oleh siswa. Seperti kemarin, selepas idul fitri, saya melanjutkan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal. Selama seminggu, setiap ada anak yang menawariku makanan dan minuman, saya selalu menolaknya, “Bapak lagi berpuasa sayang..”. hingga ada seorang siswa kelas tiga yang cukup kritis berujar kepada salah seorang guru, “Ngape bapak daan puase? Pak Syaiful tok puase terus! (kenapa bapak nggak puasa, pak Syaiful nih puasa terus..)”
Guru itu, yang kebetulan guru agama islam di sekolah langsung berubah raut wajahnya, malu. Tapi bukan guru namanya jika tak bisa memberikan alasan yang baik, “Puasa Syawal itukan sunnah, kalau dikerjakan dapet pahala, tapi kalau tidak mengerjakan nggak apa-apa”.
Jadi guru itu tidak mudah! Karenanya lah seorang guru harusnya adalah seorang pembelajar sejati. Seorang yang selalu belajar menjadi lebih baik dari hari ke hari dan belajar menjadi guru yang lebih baik bisa dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah pelatihan guru.
[caption id="attachment_197990" align="alignnone" width="300" caption="saya mengisi materi pertama, ini lagi ngakak peserta untuk ice breaking"][/caption]
Seperti kemarin, saya dan rekan-rekan dari SGI Sambas melaksanakan pelatihan guru di Aula Bappeda Sambas. Jumlah pesertanya sekitar 50 orang. Mereka adalah mahasiswa keguruan semester 5 dan 7 yang akan melaksanakan PPL bulan depan. Pelatihan kemarin adalah sebagai bekal mereka untuk menjalani PPL, menjadi guru PPL yang baik.
Pelatihan kami kemas seperti sebuah cerita, dimulai dari mengurai masalah pendidikan Indonesia yang masih seperti benang kusut, menciptakan pembelajaran PAKEM, membuat Display sebagai salah satu contoh PAKEM, dan ditutup dengan mengajar di kelas dengan Cinta. Sepanjang pelatihan berlangsung, berkali-kali juga saya menyisipkan beberapa motivasi agar kelak mereka menjadi seorang guru yang berkarakter!
Ya, guru yang berkarakter! Guru yang mengajar menggunakan hatinya, bukan hanya menggunakan buku! Guru yang mendidik bukan hanya guru yang mengajar seadanya! Guru yang mengerti arti sebuah pengabdian, bukan hanya guru yang mengejar beberapa lembar rupiah per bulan!
“Ah dimanakah guru seperti itu? Masih adakah?” semoga masih ada..
Dari pelatihan kemarin, saya juga menyimpulkan bahwa ada satu masalah yang mungkin dihadapi hampir oleh sebagian besar guru Indonesia, Malu, tidak percaya diri. Beberapa kali mereka diminta untuk ke depan memperagakan beberapa teori, tidak ada yang berani. Mereka akan maju jika sudah ditunjuk oleh pemateri.
Sama seperti pengalaman ku di sekolah, selama ini saya selalu menciptakan yel-yel untuk anak-anak, bernyanyi-nyanyi, teriak, dan bermain saat belajar. Ketika saya tanyakan ke salah seorang guru, “Harusnya bapak mengajarnya seperti yang saya lakukan, Pak”. Eh Ia malah menjawab, “Wah saya nggak PD kalau seperti bapak. Saya malu, Pak”
Ah, semoga saja dimasa yang akan datang guru Indonesia jauh lebih baik lagi. mari menantikan masa itu!
Salam Ukhuwah, SYAIFUL HADI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H