Entah kenapa, setiap pertama kali bertemu dengan orang yang baru dikenal, pasti semua menduga saya ini berasal dari etnis Cina. Kata mereka wajah saya mirip etnis Cina. Pernah saya ada urusan ke bank, si customer service langsung menyapa saya dengan bahasa yang saya tidak mengerti. Setelah saya jawab dengan bahasa Indonesia, dengan wajah memerah, dia minta maaf dan mengatakan dia mengira saya dari etnis Cina. Dan kejadian seperti ini sering terjadi. Walaupun saya banyak bergaul dengan teman-teman dari etnis Cina, tapi sampai saat ini saya sedikitpun tidak mengerti bahasa ibu mereka.
Pernah dalam perjalanan pulang dari luar kota, karena supir saya lelah, saya suruh dia istirahat, dan saya mengemudikan mobil. Menjelang perbatasan kota Medan dan Lubuk Pakam, seorang petugas Polantas menghentikan mobil saya. Bingung juga, karena tidak ada tanda-tanda sedang ada operasi lalu lintas. Setelah berhenti, petugas meminta SIM dan STNK, karena saya lihat nama yang tertera di baju Pak Polisi satu suku dengan saya, maka saya ajak dia bicara dengan bahasa daerah. Dengan kaget Pak Polisi tadi melihat ke SIM dan bilang pada saya dalam bahasa daerah "Maaf, ya, bang, saya pikir tadi, anda orang Cina", sambil mempersilahkan saya melanjutkan perjalanan kembali.
Suatu sore, saya mengendarai mobil di kota Medan. Ketika melalui Jl. Cirebon, saya mau belok ke kanan menuju Jl. Pandu. Sebelum belok, lampu lalu lintas menyala merah. Saya berhenti. Ketika lampu berwarna hijau saya mengikuti mobil di depan saya belok kearah kanan. Tiba-tiba dua orang petugas Polantas menyetop mobil saya dan memberi isyarat untuk meminggirkan kendaraan. Saya patuhi lalu berhenti. Setelah Pak Polisi memberi hormat, baru saya turunkan kaca mobil. Sebelum saya bicara, Pak Polisi duluan bicara bahwa saya telah melanggar lampu merah. Katanya lampu sudah menyala merah, saya tetap belok kanan.
Belum sempat saya menjawab, STNK dan SIM saya diminta. Setelah membaca SIM dan STNK, salah seorang petugas Polisi bergumam pada temannya, "Eh, bukan Cina rupanya" sembari meninggalkan temannya. Nalar sayapun mahfum apa yang sedang terjadi. Saya lalu berkata dengan suara keras, "Saya tidak melanggar lampu lalu lintas! Kalau ada kesalahan saya segera tunjukkan dan jangan buang waktu". Sambil mengusap-usap helmnya si petugas mengembalikan SIM dan STNK saya, serta mempersilahkan saya melanjutkan perjalanan. Sayapun melanjutkan perjalanan sambil berpikir, seandainya saya benar-benar etnis Cina apa yang terjadi, ya?
Sekitar dua minggu kemudian, saya lewat jalan yang sama, sore hari juga. Dan....kembali dua petugas Polantas menghentikan mobil saya. Ternyata kejadian yang sama berulang kembali. Setelah melihat SIM dan STNK, saya dipersilahkan melanjutkan perjalanan kembali. Aneh ya....
Dan siang ini kejadian yang sama berulang kembali, di jalan yang sama, begitu saya belok kanan, petugas Polantas menghentikan mobil saya. Tapi kali ini saya hanya memperlambat jalannya mobil, sambil menurunkan kaca mobil, saya teriak, "Aku bukan Cina!!!" tanpa mau berhenti, saya tancap gas. Dari spion saya lihat wajah bingung si petugas Polantas, sambil kembali ke pojokan tempat mereka "ngumpet".
Sampai saat ini saya masih tidak habis pikir, apa sebenarnya yang terjadi. Dan apapula salahnya menjadi orang Cina?
Harapan saya, kedepannya, SDM petugas polisi dapat lebih ditingkatkan, baik kurikulum pendidikannya, maupun sistim perekrutannya.
Salam Tribrata.
Â
Apresiasi saya, untuk mbak Lintang dan mbak R.Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati yang telah memotivasi saya untuk menulis di Kompasiana.