Mohon tunggu...
Ramadan Gunawan
Ramadan Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sejarah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bali Sebelum dan Setelah Masuknya Islam

18 Juni 2022   16:03 Diperbarui: 18 Juni 2022   16:05 860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah masuknya agama Islam ke Bali diperkirakan sekitar abad ke 14 hingga abad ke 15. Orang-orang Muslim juga telah berdatangan ke Bali seiring dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia bahkan banyak juga yang menyatakanbahwaIslam datang ke Bali bersamaan dengan kejayaan Kerajaan Hindu di Nusantara. Tapak historis mereka juga dapat ditelusuri dari prasasti, bahkan mungkin juga bangunan-bangunan penting kerajaan di Puri, termasuk cap kerajaan Klungkung yang menggunakan huruf Arab karena pada zaman Raja Ida Bagus Jambe kerajaan ini telah menjalin hubungan diplomatik dengan sebuah kerajaan Islam di Jambi (Sumatera Selatan). Semua fakta historis tadi menjadi bukti bahwa Islam hakikatnya bukan fenomena baru di Bali, melainkan telah menjadi entitas dengan usia ratusan tahun, hampir sama tuanya dengan komunitas Muslim di daerah-daerah lain di Indonesia Penyebaran agama Islam di Bali berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia yaitu berasal dari Jawa, Madura, Lombok dan Bugis. Masayarakat Islam di Bali bersifat pluralistis karena berasal dari beberapa etnis, seperti Jawa, Madura Bugis, Keturunan Arab dan India. Dikutip dari Wibawa (2018, hlm 39) ada beberapa kampung yang di tempati oleh masyarakat muslim di Bali, antara lain di daerah Negara: yaitu Loloan Barat, Loloan Timur, Kampung Pangembangan, Banyubiru. Buleleng: yaitu Kampung Bugis, Kampung Islam, Kampung Kejanan. Badung: yaitu Kampung Kepaon, Kampung Arab, Kampung Sanglah, Kampung Jawa. Kampung Islam lain di luar kampung Bugis berada di Kusamba (Klungkung), Kepaon (Badung), Pulukan (Jembrana), Pegayaman, Tegallinggah, Banjar Jawa (Buleleng).
Dikutip dari Diana (2016, hlm. 46) Pada abad ke 18 Kerajaan Jembrana memberikan aturan kebebasan beragama bagi Muslim, maka di mulai Islam melembaga di wilayah ini. Banyak dari pendatang Islam yang akhirnya menikah dengan wanita setempat dan lambat laun menjadi kampung-kampung Muslim seperti Gelgel, Loloan, Pegayaman, Kepoan dan lain-lain.Serta mendirikan sarana peribadatan dengan membangun Mesjid dan lembaga-lembaga Islam lain seperti pesantren. Serta tidak dipungkiri bahwa Islam dan Hindu memang hidup berdampingan secara harmonis dan saling bertoleransi. Tetapi, budaya-budaya asal Bali tetap tidak ditinggalkan oleh penduduk yang telah menjadi Muslim.Muslim Bali tetap berkehidupan seperti biasanya mengenal subak,seka, dan pengurutan nama serta bahasa, hanya dalam hal beribadah saja yang berbeda. Daerah Jembrana dapat terlihat jelas adanya hubungan baik dan rukun antara etnis Bali yang beragama Hindu dengan etnis beragama Islam, mereka bekerjasama menjadi anggota subak. Kehidupan harmonis tersebut sudah ada sejak lama dan turun-temurun sampai sekarang. Di tempat lain, desa Gelgel juga terjalin hubungan harmonis dalam masyarakat antara Muslim dan Hindu. Kedekatan dalam hubungan persaudaraan tersebut menumbuhkan rasa "menyama". Bagi orang muslim biasanya disebut "nyama Selam" (saudara kita yang beragama Islam), dan "nyama Bali" untuk saudara kita yang beragama Hindu, sampai sekarang masih di kenal di Gelgel, Klungkung. Terjalin hubungan kekeluargaan antara warga Muslim dan warga Hindu yang berada di Tanjung Benoa yang biasa di kenal denga "Saling Seluk", artinya apabila dari masing-masing warga baik muslim melakukan hajatan ataupun Hindu melakukan upacara kedua belah pihak tersebut saling mengunjungi bahkan ketika ada kematian warga Hindu ikut mengantar ke kuburan, begitu juga sebaliknya saat umat Hindu mengadakan upacara warga muslim ikut berpartisipasi (Wibawa, 2018, hlm. 40). Namun relasi antar agama di Bali ini tidak selamanya baik, terkadang juga terjadi konflik. Hal itu bermula ketika terjadinya peristiwa bom Bali pada 2002 yang membuat hubungan harmonis Hindu dan Islam di bali menjadi memanas dan memunculkan problem sosial terutama terkait dengan eksistensi umat Muslim di Bali. Memang, di permukaan seolah tidak ada persoalan yang dialami umat Muslim Bali pasca tragedi bom Bali. Tetapi jika diselami secara lebih dalam niscaya akan ditemukan berbagai pesoalan terkait implikasi dari tragedi tersebut. Menurut Dhurorudin Mashad, tragedi bom Bali telah berimplikasi negatif secara akut pada mentalitas umat Hindu di Bali. Sekaligus menorehkan luka di hati mereka. Sebab, akibat ledakan bom tahun 2002 itu, Islam distreotipkan sebagai agama teroris mengingat pelaku mengatasnamakan jihad Islam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun