Jika Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Indonesia harus bersiap menghadapi berbagai tantangan. Kebijakan Trump yang mengutamakan "America First" cenderung proteksionis, berpotensi menghambat ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Produk unggulan seperti tekstil, alas kaki, dan makanan olahan bisa terkena dampaknya, yang pada akhirnya memukul industri lokal, terutama UMKM.
Selain itu, ketidakpastian akibat kebijakan Trump sering membuat investor global berhati-hati. Investasi asing, termasuk dari perusahaan multinasional Amerika, dapat menurun karena suasana ekonomi yang tidak stabil. Padahal, investasi tersebut sangat penting bagi sektor teknologi dan energi di Indonesia, yang menopang pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Dampak buruk juga bisa terasa di sektor lingkungan. Trump terkenal skeptis terhadap perubahan iklim dan sempat menarik AS dari Perjanjian Paris. Jika kebijakan semacam itu diteruskan, upaya global untuk mengatasi krisis iklim dapat melemah. Bagi Indonesia, yang sangat rentan terhadap bencana alam dan naiknya permukaan air laut, ini merupakan ancaman serius.
Di bidang geopolitik, ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang meningkat dapat memengaruhi stabilitas kawasan Asia Pasifik. Posisi strategis Indonesia di jalur perdagangan dunia, termasuk Laut China Selatan, membuatnya rentan terhadap konflik di wilayah tersebut. Stabilitas kawasan sangat penting untuk keamanan dan kelancaran hubungan dagang Indonesia dengan dunia.
Selain itu, retorika anti-Muslim Trump dapat memengaruhi hubungan diplomatik dengan Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Kebijakan diskriminatif seperti larangan perjalanan bagi negara mayoritas Muslim dapat menciptakan persepsi negatif dan mengganggu hubungan bilateral. Menghadapi semua ini, Indonesia perlu memperkuat diplomasi, diversifikasi perdagangan, dan kerja sama internasional untuk melindungi kepentingannya.
Secara keseluruhan, kembalinya Donald Trump ke kursi kepresidenan Amerika Serikat dapat membawa sejumlah dampak buruk bagi Indonesia, mulai dari hambatan perdagangan hingga ketidakstabilan geopolitik. Kebijakan proteksionis, ketidakpastian investasi, sikap skeptis terhadap perubahan iklim, serta ketegangan internasional dengan China dapat menciptakan tantangan ekonomi dan politik yang signifikan. Selain itu, retorika anti-Muslim Trump berpotensi memperburuk hubungan diplomatik dengan Indonesia. Untuk menghadapi situasi ini, Indonesia harus mengambil langkah strategis, termasuk memperkuat kerja sama perdagangan, meningkatkan daya saing global, dan menjaga diplomasi yang kuat agar tetap stabil di tengah dinamika global yang berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H