Mungkin anda berpikir bahwa kita sulit untuk percaya dari pada kuatir. Tahu tidak? Justu sebaliknya, ternyata kita lebih mudah percaya daripada kuatir. Mengapa banyak orang tertipu dengan investasi bodong? Bukankah karena terlalu mudah percaya pada orang yang telah memberi janji-janji palsu tapi meyakinkan. Pada saat itu, tanpa kuatir lagi, kita langsung percaya. kita tidak mencoba berpikir, benar tidak apa yang dia janjikan?
Akan tetapi, anehnya terhadap Tuhan, kita melakukan hal sebaliknya yaitu kita lebih mudah kuatir, sulit mempercayai Tuhan. Seperti pada situasi ini, Bukankah kita sulit untuk percaya bawah ini adalah waktu terbaik Tuhan untuk mengerjakan kehendakNya? seperti perkataan-Nya pada Rasul Paulus, "Justru dalam penyakit yang kamu alami kuasaKu bekerja dengan sempurna." Akan tetapi, kita lebih mudah percaya bahwa jika penyebaran Virus Corona ini tidak bisa dihentikan maka semuanya akan berakhir, tidak ada harapan lagi bagi kita untuk hidup. Demikian juga, kita tidak mencoba untuk kuatir dalam relasi dengan Allah, dengan berpikir, Mungkin kah, keinginan kita agar segala sesuatu segera pulih justru bisa menyakiti hati Allah yang tentu lebih mengetahui mana situasi yang terbaik?
Akan tetapi, bukan berarti saat ini, marilah kita mulai mengkuatirkan segala hal. Itu juga, akan membuat kita tidak bisa melakukan apa-apa. Padahal kadang-kadang, kita harus berani mengambil resiko. Ada sebuah kalimat yang saya ingat, "Jikalau kita tidak berani gagal kita tidak pernah belajar apa-apa." Yang menjadi point saya adalah bukan pada, apakah kita harus kuatir atau percaya? Akan tetapi, pada saat harus kuatir, kuatirlah! Demikian juga, pada saat harus percaya, percayalah! karena baik kuatir dan percaya adalah sesuatu yang baik, jika ditempatkan pada waktu dan tempat yang benar.pada saat ini apa yang kita butuhkan? Percaya, Jadi kita akan belajar bagaimana tetap bisa percaya di tengah situasi sulit?
1. Berusaha belajar mementingkan hidup lebih daripada materi .
Tuhan Yesus: “karena itu Aku berkata kepadamu: janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan dan minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup lebih penting dari pada makanan dan tubuh lebih penting daripada pakaian? (Matius 6:25).
JIkalau kita bisa mementingkan hidup daripada materi, kita akan bisa mengatasi ketamakan akan harta yang tidak pernah memuaskan kita, betul tidak? Coba lihat, saat kita sudah memiliki 1 mobil, setelah lunas kita mau ganti mobil dengan keluaran terbaru, atau bahkan menambah 1 mobil lagi. Atau saat memiliki 1 rumah, kita mau yang ke 2,3,4 dan seterusnya, akhirnya membuat kita, saat ini terlilit hutang yang sulit untuk dibayar .
Tentu, bukan berarti Tuhan melarang kita mencari makan dan minum. Tuhan tidak mengabaikan pentingnya makanan dan minuman. Apa yang Tuhan berikan pada saat Elia putus asa? Makan. Tuhan tidak berikan Firman Tuhan kepada Elia, Tuhan hanya minta dia bangun dan suruh makan. Mengapa? karena kebanyakan kita pada saat mengalami kelelahan psikologis, kita lebih banyak mengeluh dan berdoa, tetapi tidak mau makan. Demikian juga, saat murid-murid Yesus sedang sedih dan kecewa oleh kematian Yesus. Apa yang Tuhan Yesus lakukan pada saat Dia menampakkan diri kepada mereka di danau Tiberias? Tuhan Yesus tidak menceramahi mereka. Apa yang Tuhan Yesus lakukan bagi mereka? Tuhan Yesus cuma berkata, "Sarapanlah (Yohanes 21:12)."
Jadi Tuhan Yesus tidak mengabaikan pentingkan makanan dan minuman. Akan tetapi, pada saat normal, Tuhan memerintahkan kita untuk mencari Firman Tuhan, mengapa? Oleh karena, pada saat hidup kita normal, kita tidak mau cari Firman Tuhan tetapi kita lebih suka cari makan.
Jadi, jika kita bisa mengutamakan hidup dari pada materi. Maka kita tidak akan tergoda oleh tawaran-tawaran yang mengiurkan yang sebenarnya berasal dari kekuatiran kita akan hidup, hingga kita mau mendapatkan lebih banyak uang lagi agar hidup kita lebih tenang. Oleh karena kita tidak tergiur oleh investasi dan cicilan yang banyak, maka saat krisis ini kita tidak terlalu dibebani oleh hutang dan cicilan, maka kita bisa lebih tenang menjadi hidup.
2. Melatih mata iman kita agar bisa melihat Tuhan dibalik kehidupan nyata.
Tuhan Yesus berkata, “Pandanglah burung-burung dilangit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Matius 6:26)”