Mohon tunggu...
Timotius Cong
Timotius Cong Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penginjil

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Membaca Mazmur 91 Bisa Menangkal Covid-19?

15 April 2020   15:14 Diperbarui: 15 April 2020   15:19 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Piqsels.com

Sejak Pemerintah mengumumkan adanya pasien yang terinfeksi Covid-19. Muncul anjuran untuk membaca Mazmur 91. Karena, di anggap dengan membaca Mazmur 91, bisa menjauhkan seseorang dari Covid-19. Ajaran tersebut dibangun dari ayat 1-3 yang berbunyi,

1. Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa 2. akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." 3. Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk."

(Mereka menyamakan penyakit sampar sebagai Covid-19).

Saya sangat setuju, bahwa pada masa Pandemi Covid-19 ini, kita perlu membaca Mazmur 91. Akan tetapi, saya tidak setuju jika Mazmur 91 dipakai sebagai penangkal Covid-19. Dengan kata lain, bahwa dengan membaca Mazmur 91 bisa menjauhkan kita dari terinfeksi Covid-19.

Beberapa alasan yang menjadi ketidaksetujuan saya, sbb:

1. Jika hanya membaca Mazmur 91 tanpa membaca bagian lain, orang tersebut telah beranggapan bahwa bagian lain dari Alkitab bukan Firman Tuhan.

Pertanyaannya, mengapa hanya membaca Mazmur 91? Bukankah bagian lain dari Alkitab juga adalah Firman Tuhan yang juga menjelaskan bahwa Allah adalah tempat perlindungan kita?

2. Jika hanya membaca Mazmur 91, menunjukkan orang tersebut sangat terobsesi pada kesehatan diri, hingga memakai bagian yang menyatakan bahwa Allah berkuasa melindungi mereka yang bersandar pada-Nya lepas dari konteks dan arti teks. 

Hal tersebut, mungkin disebabkan adanya konsep yang keliru yang beranggapan bahwa penyakit dan penderitaan adalah kutuk Allah. Pada akhirnya, mengharuskan Allah melindungi dia dari penyakit dan penderitaan. Dengan demikian secara tidak sadar, orang tersebut telah mengabaikan bagian lain yang menjelaskan bahwa Allah juga bisa mendatangkan penderitaan dan penyakit untuk mendidik umat-Nya.

Misalnya : Pemazmur berkata: "...di datangkan-Nya penyakit paru-paru diantara mereka (Mazmur 106:15b)." Selain mendatangkan penyakit, Allah juga bisa membuang umat-Nya ke Babel. Bahkan Tuhan sendiri berkata bahwa Dia yang membangkitkan orang Kasdim yang jahat dan kejam untuk menyerang umat-Nya (Habakuk 1:6-7). Bukan hanya itu, terhadap hambanya yang setia, Tuhan juga mengizinkan Paulus mengalami penderitaan, agar kuasa-Nya bisa bekerja dengan sempurna. "Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku  bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna (2 Korintus 12:9)."

Dikarenakan, ada manfaat di dalam penyakit dan penderitaan, Petrus berkata agar kita, "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api - sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya (1 Petrus 1:6-7)."

Dari pemahaman bahwa di tangan Allah, penyakit dan penderitaan bermanfaat, maka Paulus berkata, "karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Kor. 12:10)."

Bukan hanya Paulus yang bisa melihat manfaat dari penderitaan. Para pendahulu Paulus dan Petrus telah memberi teladan akan sikap yang positif terhadap penderitaan dan penyakit, seperti: Daud berkata, bahwa penderitaan itu baik yaitu untuk memurnikan dia: "Sebab Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak (Mazmur 66:10)." Tentu kita tidak akan melupakan Ayub, Sang Jawara penderitaan yang tak terkalahkan oleh siapapun selain oleh Yesus Kristus.

Disebutkan, sekalipun Ayub seorang yang saleh. Akan tetapi, kesalehannya tidak memberikan jaminan kepada Ayub untuk terhindar dari penyakit dan kebangkrutan, walaupun dia sudah berusaha dengan rajin memberikan korban bakaran kepada Tuhan (Ayub 1:5). Di ujung kitabnya, setelah mengalami penyakit dan penderitaan. Ayub berkata bahwa penyakit yang di alaminya telah membuat dia semakin mengenal Tuhan. "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau (Ayub 42:5)."

Terhadap semuanya, Paulus menyimpulkan bahwa, kita bukan hanya dikaruniakan untuk percaya kepada Kristus tetapi juga di anugerahi untuk menderita (Filipi 1:29). Jadi Alkitab tidak memandang negative penderitaan. Malahan Alkitab memperlihatkan bahwa seringkali Tuhan memakai penyakit dan penderitaan untuk kebaikan umat-Nya.

Jadi berdoa agar terlindung dari Covid-19 tentu tidak salah, tetapi yang kurang tepat adalah memakai kata-kata Tuhan untuk mengklaim janji Tuhan demi kepentingan diri sendiri dalam setiap situasi.

Sikap tersebut, justru menjadikan Tuhan tidak berkuasa lagi saat umat-Nya yang sudah membaca Mazmur 91 tetapi tetap terinfeksi Covid-19, dengan demikian tidak memberi ruang bagi kekuasan Tuhan yang bisa memakai penyakit untuk hal yang baik bagi umat-Nya.

3. Jika hanya membaca Mazmur 91 berulang dengan tujuan untuk menangkal Covid-19. Secara tidak sadar orang tersebut telah menjadikan Mazmur 91 sebagai mantra yang jika diucapkan berulang-ulang diharapkan akan menghasilkan kekuatan magis. 

Hal tersebut justru membuat Mazmur 91 lebih berkuasa dari Tuhan yang adalah sumber Firman tersebut. Ingat saudara, yang berkuasa adalah Tuhan bukan Mazmur 91, jadi berharaplah pada Tuhan untuk melindungi dan menyembuhkan kita.

4. Jika hanya membaca Mazmur 91 sebagai cara untuk menangkal Covid-19, orang tersebut berpotensi mengabaikan perasaan saudara/i seiman yang terinfeksi Covid-19.

Coba perhatikan, di ayat 8 dikatakan: "Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik." Hal itu bisa diartikan bahwa mereka yang terinfeksi Covid-19 adalah orang fasik. 

Padahal menurut MHC (Matthew Henry Commentary), ayat tersebut merujuk pada orang Israel yang menonton orang Mesir. Di mana orang Mesir sedang dihukum Tuhan dengan Tulah berupa penyakit sampar, sebagai hukuman atas perbudakan yang mereka lakukan terhadap umat-Nya. Jadi jelas, "orang fasik" yang dimaksud dalam ayat tersebut bukan berbicara tentang umat Tuhan, tetapi orang Mesir.

Padahal saat ini, kita bisa melihat banyak orang Kristen termasuk Pendeta sudah terinfeksi bahkan ada yang sudah meninggal termasuk teman atau keluarga kita. Apakah kita akan rela mengatakan bahwa mereka adalah orang fasik? Padahal kita mengenal mereka sebagai orang kristen yang baik. Apalagi Firman Tuhan berkata bahwa mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus sudah dibenarkan, jadi mereka bukan orang fasik.

Lalu, pertanyaannya:

Apakah salah di masa Pandemi Covid-19 ini membaca Mazmur 91? Tentu tidak salah.

Akan tetapi, pemahamannya yang perlu diluruskan yaitu pada saat kita membaca Mazmur 91 bukan lagi sebagai mantra yang jika diucapkan berulang-ulang diharapkan berkhasiat magis agar terhindar dari Covid-19, tetapi membaca Mazmur 91 sebagai salah satu bagian dari Alkitab (bukan Satu-satunya Firman Tuhan) untuk membangkitkan iman, supaya kita lebih mempercayai Allah yang berkuasa atas hidup dan mati kita, karena memang Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan.

Dengan semakin beriman kita mempunyai pengharapan, yang sudah diketahui bersama bahwa hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan antibodi tubuh kita. Sehingga bisa melindungi kita dari serangan Covid-19.

Akan tetapi, jika seandainya kita terinfeksi, tentu tidak lepas dari izin Allah. Sehingga dalam kondisi seperti ini, kita tetap dapat mempercayai Dia yang berkuasa merubah penyakit menjadi hal yang berguna, baik untuk kita maupun bagi kemuliaan-Nya.

Hal itu berarti, kita bukan hanya membaca Mazmur 91, tetapi juga membaca bagian lain dari Firman Tuhan untuk menumbuhkan iman kita. Misalnya Nahum 1:7 "Tuhan itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya. Atau kita juga bisa membaca Mazmur 23, Roma, Ayub dll. Karena semua yang ada di dalam Alkitab adalah Firman Tuhan yang bisa menimbulkan iman dan harapan.

Beberapa prinsip dalam membaca Firman Tuhan:

1. Alkitab adalah Firman Tuhan yang harus dibaca secara keseluruhan bukan hanya di baca satu bagian lalu dipakai untuk menjadi dasar sebuah pandangan.

2. Bacalah Firman Tuhan secara utuh dan seimbang. Jangan hanya menitikberatkan satu bagian dan mengabaikan bagian lain, karena seluruh bagian Alkitab adalah Firman Allah.

3. Jangan hanya membaca bagian yang menyenangkan kita, seperti: Doamu akan didengar, Tuhan melindungi kita atau Jangan takut, Tuhan menyertaimu. Lalu mengabaikan bagian lain yang berkata bahwa Tuhan juga bisa menguji kita, Roh Kudus membawa Yesus untuk di cobai Iblis (Matius 4:1). Termasuk di dalamnya, bagian yang menegur dosa kita, meminta kita untuk hidup suci, agar jangan bercerai, jangan berzinah dan mengampuni musuh serta seruan agar kita bertobat. Semua Firman Tuhan harus dibaca.

Salam

Ev, Timotius

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun