Saat pertama, mendengar Epidemi Covid-19 di Wuhan, China. Saya langsung berpikir pasti ini adalah Hukuman Tuhan agar mereka bertobat. Akan tetapi, konsep Hukuman Tuhan berubah saat menemukan Covid-19 sudah menyebar ke benua Eropa, Amerika dan Asia termasuk di Indonesia.
Apalagi, pada saat mendengar berita Covid-19 bukan hanya menginfeksi orang non-Kristen juga menginfeksi banyak orang Kristen termasuk para pendeta bahkan beberapa sudah meninggal.
Software berupa “WABAH SAMA DENGAN HUKUMAN TUHAN” agar manusia bertobat,” yang selama ini saya pakai untuk mendeteksi mereka yang sakit, bangkrut, dan terkena bencana harus saya Uninstall.
Penelusuran mencari jawaban terhadap apa yang terjadi akhirnya ditemukan dalam Alkitab yang memberikan 2 ciri wabah yang bisa dikategorikan sebagai Hukuman Tuhan yaitu:
1. Hukuman Tuhan terjadi karena dosa sebuah negara/suku/pribadi tertentu. Akan tetapi, Penghukuman dilakukan Allah secara terbatas.
Misalnya: Pada saat Tuhan menghukum Mesir dengan Tulah-tulah. Hanya orang Mesir yang tertimpa tulah, sedangkan umat Israel tidak terkena sama sekali. kemudian Wabah yang terjadi pada Zaman Daud akibat kesombongannya dengan mengadakan sensus penduduk terhadap orang Israel.
Tuhan menilai apa yang dilakukan Daud adalah dosa. Maka Tuhan menghukum Daud dengan memberikan penyakit sampar kepada umat Israel, yang tertimpa tulah tersebut hanya orang Israel, bangsa lain tidak terkena
2. Hukuman Tuhan akan reda saat umatnya bertobat
Pada saat Raja Daud mengakui dosanya dengan membuat Mezbah untuk Tuhan, Hukuman Tuhan atas Israel langsung berhenti. Hal yang sama juga terlihat pada peristiwa serangan ular berbisa yang mematikan banyak orang Israel di Padang gurun akibat dosa mereka. Pada saat orang Israel menunjukkan pertobatan yaitu dengan melihat ular tembaga yang dibuat Musa mereka langsung sembuh.
Dari dua kategori tersebut saya melihat bahwa Covid – 19 bukan Hukuman Allah tetapi sebuah BENCANA ALAM akibat perbuatan manusia yang bermula di Wuhan karena kebiasaan mereka memakan binatang liar yang memang sudah mengandung Virus Corona.
Mengapa saya katakan Covid- 19 adalah bencana alam?