bumi yang terus meningkat, es di kutub yang mulai mencair, permukaan air laut yang naik, belum lagi perubahan iklim ekstrem yang mulai terjadi di berbagai belahan dunia. Semua sumber energi di bumi adalah matahari, yang mana sebagian besarnya berupa gelombang pendek cahaya. Saat tiba di bumi, cahaya matahari berubah menjadi energy panas yang berfungsi menghangatkan bumi. Satu-satunya hal yang membuat kekhawatiran dunia adalah bahwa kita menyadari, keberadaan gas-gas rumah kaca ini kian hari kian menebal.
Suhu Dan kita juga pasti menyadari, bahwa ini bukanlah pertanda yang baik untuk kehidupan di bumi. Beberapa belahan bumi bahkan sudah merasakan kenaikan suhu yang lebih panas dari sebelumnya. Seperti Arktik yang diprediksi akan menghangat dua kali lipat dari rata-rata global tahun ini. Memang benar, sekilas kenaikan suhu bumi yang mencapai 1,5 derajat celcius terlihat seperti angka yang kecil.
 Bagi orang awam, ini mungkin angka yang bahkan tak begitu berarti nilainya. Tapi, andai saja kita semua tahu bahwa sejak seratus tahun silam, suhu bumi hanya naik antara 0,4 hingga 0,8 C. Itu artinya, kenaikan 1,5 derajat celcius dalam kurun waktu 5 tahun adalah hal yang mengerikan. Hingga, muncullah ide yang cukup gila untuk meredupkan matahari. Berdasar jurnal ilmiah yang dipublikasikan pada Environmental Research Letters, para peneliti yang dipimpin oleh ilmuwan dari University Of Cape Town mengatakan ada satu cara untuk meredupkan pijar matahari dengan menembakkan partikel reflektif  ke atmosfer bumi.
 Dengan begitu cahaya yang masuk ke bumi akan lebih redup. Kalau rencana ini berjalan mulus dan sesuai dengan apa yang diperkirakan, mungkin kita akan sedikit lega. Tapi faktanya, sebuah misi untuk menyelamatkan planet dari kekeringan bukanlah hal yang benar-benar mudah. Ini tak mudah, akan ada berbagai konflik ketegangan antar Negara yang justru bisa memicu konflik militer hingga peperangan.
 Beberapa ahli juga menyebutkan jika meredupkan matahari bukanlah jalan keluar yang tepat untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Model ini hanya sedikit memberi topeng, tapi tidak benar-benar mengatasi kerusakan yang terjadi di bumi. Temuan yang dimuat dalam Astrophysical Journal Letters itu juga menjelaskan bahwa efek dari Grand Minimum ini hanya mampu menurunkan suhu bumi sekitar 0,25% saja dalam kurun waktu 50 tahun ke depan. Tapi, mereka juga memperhitungkan adanya kenaikan kembali panas matahari pada 2070, yang sekaligus membuka fakta bahwa fenomena peredupan matahari hanyalah memperlambat dan bukan memperbaiki bahkan menghilangkan pemanasan global.
 Karena sebagian besar iklim bumi yang berubah akibat ulah manusia! mulai dari pembakaran fosil, limbah padat, asap kendaraan, asap industry, dan berbagai aktifitas lain yang membuat gas rumah kaca makin meningkat drastis belakangan ini. Belum lagi peningkatan jumlah konsumsi daging terutama sapi yang membuat peternakan makin merajalela, dan juga penebangan hutan secara masal, dan banyakÂ
lagi.
 Mungkin sudah saatnya kita bertanya pada diri kita sendiri, sudah berbuat apa kita hari ini untuk menyelamatkan bumi? karena kita bukan hidup di dunia fantasi yang berharap akan datangnya bantuan avenger, maka mari kita bekerja bersama demi bumi dan demi kehidupan yang lebih baik lagi. Mulailah dengan yang mudah. Dari melakukan penghijauan lahan, kurangi konsumsi energy, kurangi konsumsi daging, hindari penggunaan plastic berlebih, serta bijak dalam menggunakan listrik, air dan sumber daya lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H