Sindrom Sjogren adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh masuknya limfosit ke dalam kelenjar eksokrin terutama kelenjar air liur dan kelenjar air mata. Sel -- sel limfosit ini akan menyerang kelenjar eksokrin manusia sehingga menimbulkan abnormalitas. sindrom sjogren sendiri ditandai oleh tiga gejala utama, yaitu keringnya mulut dan mata, rasa sakit, dan rasa lelah. Penyakit ini dibagi menjadi dua macam, yaitu sindrom sjogren primer dan sindrom sjogren sekunder. Sampai saat ini, patogenesis dari sindrom sjogren belum dapat dijelaskan secara rinci. Namun, manifestasi dari penyakit ini sangatlah luas.
Syndrom Sjogren menyerang 0,1% - 4,8% populasi dunia dengan rasio perbandingan antara wanita dengan pria 9:1 sampai dengan 19:1.1,3 Angka insiden sindrom sjogren diperkirakan mencapai 3,9 per 100.000 penduduk. Hal tersebut senada dengan studi -- studi dari berbagai negara. Studi menyatakan bahwa prevalensi sindrom sjogren primer di Cina sebanyak 0,77% dari 2.066 populasi, di Inggris sebanyak 2,1% dari 616 populasi, dan di Swedia sebanyak 2,7% dari 705 populasi. Di Amerika sendiri, angka insiden sindrom sjogren primer berada dalam rentang 2,2 sampai 10,3 penderita per 10.000 penduduk. Hal ini mirip dengan angka insiden sindrom sjogren primer di benua eropa yang berada dalam rentang 1 sampai 9 penderita per 10.000 penduduk.
Di Indonesia sendiri, belum ada penelitian mengenai prevalensi angka sindrom sjogren. Selain itu, perlu diketahui juga bahwa angka prevalensi dan insiden yang ada sekarang kemungkinan besar masih di bawah angka prevalensi sesungguhnya mengingat sulitnya penegakan diagnosis sindrom sjogren dan tidak sadarnya penderita terhadap gejala yang dimiliki. Bahkan, studi mengatakan bahwa rata -- rata penderita baru sadar bahwa dirinya menderita sindrom sjogren setelah 3 tahun menderita penyakit tersebut.
Sulitnya mendiagnosis sindrom sjogren, tingginya angka insiden, serta rendahnya efektivitas modalitas yang ada membuat sindrom sjogren menjadi salah satu penyakit autoimun dengan urgensi yang amat sangat tinggi. Oleh karena itu, penulis mengusulkan suatu ramuan herbal sunduk yang merupakan singkatan dari suri panduk. Suri panduk merupakan bahasa Jawa dari Plantago major atau yang biasanya dikenal sebagai daun sendok. Suri panduk merupakan tanaman ajaib karena mampu mengobati berbagai penyakit dan infeksi. Penelitian yang dilakukan di Cina menemukan bahwa kandungan Catalpol dapat menurunkan gejala sindrom sjogren penderita. Senyawa catalpol sendiri ditemukan dalam suri panduk atau daun sendok.
Jadi, bagaimana proses pembuatan ramuan herbal sunduk? Prosesnya sangatlah mudah, alami, dan cepat. Penderita cukup menyiapkan beberapa helai daun sendok yang bisa didapatkan atau dibeli. Setelah itu, siapkan segelas air panas dan rebus daun tersebut sampai mendidih. Apabila sudah mendidih, air rebusan tersebut siap untuk dikonsumsi. Perlu dicatat bahwa daun sendok dikonsumsi sebanyak dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari.
Penderita dianjurkan untuk meminum ramuan herbal sunduk selama delapan minggu. Hal ini didukung oleh penelitian dari Lin yang memberikan senyawa catalpol kepada sampel percobaannya selama delapan minggu dan didapatkan peningkatan dari kondisi sampel. Selain itu, Lin memberikan terapi kepada sampelnya secara oral. Hal ini menunjukan bahwa catalpol pada tanaman suri panduk dapat memberikan efek saat dikonsumsi secara oral, yaitu secara diminum.
Kelebihan dari ramuan herbal sunduk sangatlah banyak. Mulai dari harganya yang murah, pembuatan ramuan herbal yang sangat mudah, hingga pengonsumsiannya yang cepat. Selain itu, khasiat dari ramuan herbal sunduk sangatlah banyak karena manfaatnya tidak hanya sebagai terapi sindrom sjogren. Oleh karena itu, penulis melihat bahwa ramuan herbal sunduk dapat menjadi suatu terapi potensial sindrom sjogren pada masa mendatang.
