[caption id="attachment_152590" align="alignleft" width="300" caption="Mereka bilang, saya mirip presnter KIck Andy"][/caption] Mereka bilang, saya mirip Andy Flores Noya, si presenter Kick Andy Show itu karena rambut saya kribo. "Ah, saya adalah Timo Marten. Saya adalah saya, bukan siapa-siapa, IMAGO DEI SUM," jawabku. Riuh memenuhi salah satu ruangan di Hotel Humbold, Kota Jayapura, Rabu, 16 November 2011. Riuh, karena gelak tawa yang 'menghasilkan' air mata. Tawa renyah, dan semua peserta yang hadir terlihat bahagia. Lebih riuhnya lagi, pemateri dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Papua itu, Syaiful W. Harahap mengira kalau saya adalah adik dari presenter Andy Flores Noya. Meski bukan adiknya, paling tidak, menurut bang Syaiful, memilki hubungan darah. "Adiknya presenter Kick Andy itu, ya?" Gelak tawa memenuhi ruangan. "Rambutmu sama seperti dia," lanjut bang Syaiful guyon. "Ah, bukan bang," bantahku sembari mengibas rambut yang sedikit perang dan kaku. Saya juga tak tahan tawa. Saya terpingkal-pingkal. Peserta yang hadir dari berbagai komunitas, dan para wartawan peduli AIDS/HIV pun ikut tertawa. Kami senang karena suasana pelatihan tak setegang materi yang didskusikan. Apalagi materi tentang seksualitas, prilaku seksual yang berisiko, dan segala tetek bengek tentang HIV/AIDS, mulai dari penyebabnya hingga pencegahannya, atau pengurangannya. Singkat cerita, suasana hidup. Memang orang bilang, ketawa seperti hujan deras bisa menghilangkan debu-debu duka, karena gerakan refleks mengendorkan stres. Apalagi memikirkan, bagaimana seharusnya berhubungan seks yang tidak menyebabkan terjadinya penularan virus HIV itu. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan jenis retrovirus atau virus yang bisa berkembang biak di sel-sel darah putih manusia, yang menyebabkan kondisi Aquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). Sekilas tentang AIDS. AIDS dipublikasikan pertama kali di Los Angeles, Amerika Serikat, pada 5 Juni 1981. Dan pada tahun 1986, World Health Organization (WHO) menyetujui, bahwa, HIV adalah penyebab AIDS.] Data Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia, menyebutkan, jumlah kumulatif sejak Januari 1987 hingga Juni 2011 dilaporkan sebanyak 26.483 kasus. Sebanyak 5.056 kasus berujung pada kematian. Di Papua, menurut statistik jumlah Kumulatif kasus AIDS sekitar 3938 kasus, dan 602 kematian. Demikian sekilas gambaran tentang pelatihan kami, tentang HIV/AIDS. Masih banyak materi, atau tetek bengek tentang Si Virus yang tak disukai itu. Ada sesi lain untuk mengulas hal itu. Di sini bukan tempatnya. Paling tidak, saya cuma memberi gambaran. Bahwasannya, itulah yang kami perbincangkan. Meminjam kata Tukul Arwana, kembali ke laptop. Entah mengapa, bang Syaiful, dari KPA Provinsi Banten dan bekas wartawan ini mengira kalau saya memang mirip Andy. Rambut, barangkali. Logat? Sama sekali tidak. Saya orang Manggarai, Flores. Tak ada darah lain, selain Manggarai. Tulen. Logat Manggarai sangat kental. Mungkin sekental Kopi Pahit, plus akhiran 'e', intonasi, dan aksentuasi yang kemanggaraiannya sulit, bahkan tak bisa dihilangkan. Tiap hari aku ada dengan komunitas yang beragam. Mulai dari komunitas mahasiswa hingga komunitas wartawan sulit kutemui orang Manggarai. Tapi ciri khas Manggaraiku belum menyatu dalam adaku sekarang. Tak bisa lepas. Sampai-sampai teman saya suatu ketika mengira saya adalah orang Batak, Sumatra Utara. Ada juga yang mengira saya orang Madura, Jawa Timur. Lain halnya dengan bang Andy. Dia berdarah Ambon, Jawa, dan Belanda yang lahir di Surabaya, 6 November 1960 (menurut Om Wikipedia). Jadi, kami berbeda. Suatu ketika, saya mewawancarai salah satu pejabat di Pengadilan Tinggi Agama. Sehabis wawancara, dia bilang, "orang Biak, ya?" Ia mengira kalau saya dari Kabupaten Biak, salah satu kabupaten di Papua. Memang sekilas face saya, ada yang bilang, seperti face Biak. Ada yang bilang Serui. Cckkckc,,,ini lain lagi. Bahkan, ada yang bilang Portu. Ini serius. Ada banyak yang bilang begitu. Namun, saya tetap mengatakan, saya adalah orang Manggarai, yang lahir, dan dibesarkan dalam budaya Manggarai, tradisi Katolik yang kental, dan budaya menghargai leluhur. Budaya Manggarai sangat melekat padaku. Sampai-sampai, saya 'tak bisa' berbahasa Indonesia. Lebih 'anehnya' lagi, saya, memiliki kecendrungan untuk tidak bisa berbahasa Indoensia ketika bertemu atau berbicara dengan teman-teman Manggarai. Dengan sendirinya. Jadi, sangat aneh, menurut saya, jika ada orang Manggarai yang lupa bahasa Manggarai hanya karena terlalu lama di tanah rantau. Itu bahasa ibu. Sudah mendarah daging. Karena itulah, saya mengatakan, saya adalah orang Manggarai. Saya bukan Andy Flores Noya. Tapi saya adalah Timoteus Marten, orang Manggarai. TIMOTEUS MARTEN _______________________' IMAGO DEI SUM (Latin)=Citra Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H