Mohon tunggu...
Timoteus Marten
Timoteus Marten Mohon Tunggu... -

Anak 'Jalanan' yg belajar merangkai kata. Di sini juga (http://timomarten.wordpress.com/) aku menjeda sejenak dan mengutak-atik kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerja

4 November 2014   23:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_371936" align="aligncenter" width="300" caption="Menteri Kabinet Kerja (Foto:google)"][/caption]

“Man, kamu tidak kerja hari ini?”

Pertanyaan ini lumrah didengar saban hari. Setiap pekerja membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup. Jika sudah mendapatkan pekerjaan, mereka pasti bekerja, bekerja dan terus bekerja. Orang yang tidak bekerja tak mendapatkan uang, makanan dan tak akan bertahan hidup.

Barangsiapa tidak bekerja jangan diberi makan. Begitu bunyi, kira-kira, dalam surat Paulus kepada orang Kristen.

Kabinet Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) juga diberi nama Kabinet Kerja. Tentu Sang Presiden dan wakilnya mempunyai pertimbangan dan alasan tertentu di balik nama tersebut. Karena nama adalah tanda. Juga simbol. Tetapi juga identitas diri.

Kembali ke kerja. Menurut kamus Bahasa Indonesia, kerja berarti kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan. Kerja adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian.

Dalam pemahaman saya sebagai orang Kristen, selain untuk bertahan hidup, identitas diri, dengan bekerja juga saya memuliakan Allah. Bekerja adalah untuk memperbesar kemuliaan Tuhan (Ad Maiorem Dei Gloriam). Dengan bekerja juga manusia semakin manusiawi (Laborem Exercens/LE 3).

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 2428) disebutkan, sewaktu bekerja, manusia melatih dan melaksanakan sebagian dari kemampuan kodratinya. Nilai utama dari pekerjaan itu datang dari manusia sendiri yang menciptakannya dan yang menerima keuntungannya. Pekerjaan memang untuk manusia, dan bukan manusia untuk pekerjaan (Bdk. LE 6). Tiap orang harus dapat menghasilkan melalui pekerjaan itu sarana-sarana untuk memelihara diri sendiri dan keluarganya dan supaya ia dapat menyumbang bagi persekutuan manusia (Stefanus Tay & Ingrid Tay, Tentang Makna Pekerjaan Manusia, 17 September 2012, dalam Katolisitas.org).

Harapan jutaan rakyat Indonesia digantung pada Sang Presiden dan wakilnya, serta kabinetnya ‘Kabinet Kerja’. Semoga kabinet kerja tak sekadar nama. William Shakespear menulis, apalah arti sebuah nama. Pepatah Latin berbunyi, Nomen Est Omen (nama adalah tanda). Apalah arti sebuah Kabinet Kerja jika tanpa aplikasi. Apalah arti sebuah Kabinet Kerja jika para menterinya tidak bekerja dan rakyat Indonesia masih seperti yang dulu, miskin, melarat, dan sederetnya.

Sekiranya rakyat Indonesia juga mendukung kerja Kabinet Kerja, sehingga Indonesia yang dicita-citakan, Indonesia Hebat, kelak tercapai.

Kita juga, sebagai rakyat, pasti terus berpacu bersama waktu, bekerja dan terus bekerja. Dan juga dibarengi doa. Ora Et Labora, berdoalah dan bekerjalah!

Salam!

Nusa Dua, 3 November 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun