Ada dua faktor besar yang sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia di tahun 2023 ini. Keduanya adalah dampak resesi global dan Indonesia kini sudah memasuki tahun politik.
Pertama mari kita bahas dampak resesi global terlebih dulu. Kondisi ini seakan menjadi momok menakutkan yang menghantui banyak negara.
Dimana penyebabnya masih sama, yakni dipicu oleh perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Dan belum dapat dipastikan kapan perang itu akan berakhir.
Akibatnya hal tersebut membuat tingkat inflasi di banyak negara terus merangkak naik. Terlebih Rusia dan Ukraina merupakan pemasok terbesar energi dan pangan di dunia.
Demi meredam tingkat inflasi tersebut, bank sentral di banyak negara melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga acuan. Berkaitan dengan itu, sejumlah negara maju seperti Amerika, Eropa, Tiongkok, dan Inggris telah dipastikan oleh sejumlah ahli ekonomi bakal mengalami resesi.
Bahkan menurut proyeksi IMF (International Monetary Fund), sepertiga dari dunia atau 43 persen negara bakal mengalami resesi. Lantas bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintah Indonesia sepertinya dapat bernapas lega. Pasalnya sejumlah ekonom memprediksi bahwa Indonesia masuk dalam kategori aman dari pusaran resesi global.
Kendati demikian, perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami stagflasi . Diproyeksikan pada 2023 hanya bertumbuh pada angka 5 persen.
Sebelumnya Indonesia juga pernah mengalami fase stagflasi pada 1998 atau era krisis moneter. Ketika itu stagflasi terjadi akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan akibatnya kenaikan harga barang melambung pesat.
Berkaitan dengan itu, salah satu langkah yang dapat membantu menyelamatkan perekonomian Indonesia adalah sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Pasalnya UMKM dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, sehingga angka pengangguran yang meningkat di era resesi global dan stagflasi ini pun akan menurun.
Ditambah lagi UMKM sendiri tidak bergantung pada nilai dolar. Kalaupun bergantung, persentasenya kecil sekali.