Idul Adha merupakan salah satu hari besar yang dirayakan oleh umat muslim di dunia. Dalam penanggalan islam, hari raya Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijah.
Perbedaan khas Idul Adha terletak pada kegiatan penyembelihan hewan kurban. Dimana prosesi tersebut sebagai bentuk memperingati perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya, Ismail.
Indonesia, sebagai negara yang mayoritas masyarakatnya terdiri dari umat Islam, tentu penyelenggaraan Idul Adha selalu meriah. Yakni dimulai dengan ibadah salat berjamaah di masjid kemudian dilanjutkan pemotongan hewan kurban.
Terakhir hewan kurban tadi dibagi-bagikan, dimasak, dan disantap bersama-sama anggota keluarga. Di beberapa daerah pun terdapat berbagai tradisi tersendiri dalam menyambut Idul Adha.
Misalnya tradisi grebegan di Yogyakarta, yang merupakan kegiatan mengarak  gunungan berisi hasil bumi. Kemudian ada tradisi meugang di Aceh, yakni menyantap kegiatan memasak hewan kurban dalam jumlah banyak dan diolah menjadi berbagai menu hidangan.
Tradisi meugang sudah ada sejak ratusan tahun lalu atau kira-kira di era kerajaan eksis di Indonesia. Selain berbagai tradisi tadi, meski tergolong minoritas, warga muslim Tionghoa di Indonesia juga antusias merayakannya.
Misalnya saja ketika melaksanakan ibadah, banyak jemaah muslim Tionghoa yang hadir. Terlebih di tempat ibadah umat Islam yang kental akan nuansa Tionghoa-nya, seperti Masjid Lautze di Sawah Besar, Jakarta dan Masjid Lautze 2 di Braga, Bandung.
Warga muslim Tionghoa pun banyak yang ikut berkurban. Bahkan komunitas Tionghoa pun ada yang ikut serta, salah satunya bernama Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Pada Idul Adha 2022 ini, menyalurkan tujuh ekor sapi kurban ke Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Wakil Ketua Umum Bidang Kaderisasi PSMTI, Johnny Situwanda menyampaikan bahwa penyaluran hewan kurban itu adalah bentuk kepedulian PSMTI terhadap sesama.
Terlebih anggotanya berasal dari berbagai aliran agama, ada yang menganut Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik, dan Konghucu. Maka itu mereka pun berharap bisa berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial ataupun keagamaan di Indonesia.
Kalau antusiasme warga Tionghoa di Indonesia saja sudah tinggi, lantas bagaimana dengan perayaan Idul Adha di Tiongkok? Sebab, seperti kita ketahui, jumlah umat muslim di Tiongkok tergolong minor.