Mohon tunggu...
timhumasbapasamuntai
timhumasbapasamuntai Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Balai Pemasyarakatan Amuntai Adalah UPT Pemasyarakatan Dibawah Kanwil Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kalimantan Selatan

Dibuat untuk lebih mensosialisasikan Berita-berita Kemenkumham RI

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Petugas Bapas Amuntai Sentuh Kalbu WBP, Mempererat Harapan dan Mengalirkan Air Mata Penyesalan

16 Maret 2024   20:46 Diperbarui: 16 Maret 2024   20:51 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Amuntai, INFO_PAS- Dalam suatu wawancara pada saat penggalian data dan informasi penyusunan Penelitian Kemasyarakatan kepada seorang WBP di Rumah Tahanan (Rutan), Kamis (14/3) , ada sebuah peristiwa yang menggugah hati, seorang petugas Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Amuntai menunjukkan kelembutan yang luar biasa dalam mendekati Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Ketika banyak yang melihat petugas pemasyarakatan sebagai sosok tegas, kehadiran petugas ini membawa sentuhan kemanusiaan yang mendalam.

Petugas Pemasyarakatan (Gaspas) Bapas Amuntai, Samsul , dengan lemah lembutnya, mendekati seorang WBP yang tengah bersiap untuk dilakukan asesmen. Dengan tatapan penuh empati, ia menyapa dan duduk di dekat WBP tersebut. Tanpa menghakimi atau menunjukkan sikap superioritas, petugas itu mendengarkan dengan penuh perhatian cerita hidup sang WBP.

"Awalnya saya gemetar, Pak," ujar WBP tersebut dengan suara terbata-bata. "Tapi Pak Petugas, Anda mengerti saya, menghibur saya. Saya merasa ada harapan lagi untuk menempuh kehidupan yang lebih baik, Pak."

Tindakan petugas Bapas ini bukan hanya menggetarkan hati sang WBP, tetapi juga menghadirkan keajaiban empati di tengah menjalani sisa masa pidana dibalik jeruji besi. Melalui kelembutannya, ia berhasil membuka pintu hati WBP yang mungkin telah lama tertutup rapat oleh kesedihan dan penyesalan.

Tak hanya itu, pertemuan itu juga membawa air mata. Bukan air mata keputusasaan, melainkan air mata penyesalan yang mengalir sebagai tanda harapan baru. WBP itu menyadari kesalahannya dan bersedia untuk memperbaiki diri, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat di luar sana.

Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, bahwa kelembutan dan empati mampu menyentuh hati yang terpuruk. Sekecil apapun tindakan kita, jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, dapat membawa perubahan besar dalam kehidupan orang lain. Semoga kelembutan petugas Bapas Amuntai ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu menjaga kelembutan dalam setiap interaksi kita, terutama kepada mereka yang membutuhkan kasih sayang dan pengertian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun