RAMADHAN selalu menjadi bulan istimewa, selain sebagai bulan penuh ampunan, bulan digandakan pahala ibadah, dan tentunya juga menjadi bulan yang penuh nostalgia. Ini karena ada banyak kenangan masa kecil yang tak mudah dilupakan.
Kegiatan-kegiatan di kampung saat Ramadan, Â kegiatan di sekolah, momen berburu takjil saat sore hari, momen mengisi buku agenda shalat teraweh jamaah di menasah (red_mushola), momen pergi ikut nonton balap liar saat subuh hari, hingga momen membantu ibu menyiapkan menu berbuka puasa di rumah. Itu semua menjadi beberapa momen yang selalu dinanti setiap bulan penuh berkah ini tiba.
Tak dapat dimungkiri memang, masa kecil menjadi masa yang sangat menyenangkan bila diingat. Karena di Ramadhan lah ragam kekonyolan bersama teman seumuran terjadi.
Saya menjalani Ramadhan di masa kecil pada rentang waktu 1990-an hingga 2000-an. Lahir pada tahun keempat menjelang runtuhnya kepemerintahan presiden Soeharto, lalu mulai menjalani aktivitas puasa pertama pada era Megawati menjabat sebagai Presiden. Masa-masa ini adalah masa dimana setiap anak-anak sekolah diberikan buku agenda Ramadhan. Konon kebijakan ini lahir pada era Presiden Gusdur, presiden yang punya porsi besar perhatiannya pada bidang keagamaan.
Bagi anaj-anak usia sekolah, memasuki bulan Ramadhan artinya memasuki bulan dimana mereka harus kejar-kejar imam terawih untuk meminta tanda tangan para imam sebagai pertanda bahwa mereka hadir menjadi jamaah teraweh di malam tersebut.
Oleh sekolah, kami yang anak-anak  diberi buku agenda Ramadhan, ada juga dalam bentuk lembaran yang sudah dicetak di copy oleh guru lalu dibagikan ke anak-anak didiknya. Buku tersebut harus diisi setiap hari. Ada banyak kolom yang harus kami centang atau disilang, mulai dari shalat lima waktu, berpuasa atau tidak, membaca Alquran atau tidak, hingga Tarawih atau tidak.
Â
Jika kami Tarawih, maka harus memberikan bukti berupa tanda tangan imam atau penceramah saat Tarawih. Tidak hanya itu, kami pun harus menulis judul ceramah dan isi pokok ceramah. Dan kemudian buku agenda Ramadhan itu juga harus ditandatangani pula oleh orang tua.
Jika dipikir-pikir, pada masa itu kegiatan mengisi buku agenda Kegiatan Ramadhan memang sedikit memaksa , namun demikian dengan adanya buku Agenda Kegiatan Ramadhan ternyata segudang manfaat pun didapat.
Diantaranya, ada tiga manfaat dari buku kegiatan Ramadhan bagi anak. Pertama, dapat memotivasi anak untuk disiplin menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. Anak-anak memang harus dibiasakan untuk beribadah, tentu diawal harus melalui sedikit pemaksaan yang terkontrol.Â
Dan kedua, dapat melatih anak-anak untuk jujur. Jujur dalam beribadah, juga jujur dalam mempertanggungjawabkannya pada proses mengisi buku agenda. Serta yang ketiga, dapat dijadikan sebagai sarana evaluasi amal harian. Yang kemudian dari proses evaluasi ini berguna bagi peningkatan kualitas individual si anak. Impian "hari esok harus lebih baik dari hari ini" pun dapat dikejawantahkan melalui adanya buku catatan agenda ini.
Namun demikian, sayangnya, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya jaman, buku ini nampaknya mulai tidak lagi dibutuhkan oleh para pemikir pendidikan kita. Buku ini juga tidak lagi familiar lagi di kalangan para pelajar baik usia SD, SMP maupun SMA yang muslim. Padahal salah satu hikmah dari adanya buku  Agenda Kegiatan Ramadhan ini sungguh sangar baik untuk peningkatan kualita dan karakter siswa karena mudah diawasi oleh orang tua secara langsung serta dapat memupuk tanggung jawab beribadah pada diri anak kepada Allah SWT.
Makanya jangan heran, jika era sekarang, anak-anak usia sekolah di waktu jam shalat terawih mereka berkeliaran di jalanan. Mereka juga banyak yang kesibukannya dengan hal lain yang mengarah pada negatif. Bukan dengan kegiatan yang bernuansa positif dan ibadah.