Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Spirit May Day di Era Disruptif

1 Mei 2024   19:55 Diperbarui: 1 Mei 2024   21:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

May Day sebagai hari buruh dirayakan untuk menuntut sistem jaminan kesejahteraan tenaga kerja yang berkeadilan untuk menghadapi tantangan hidup, kehidupan, dan penghidupan.

Tradisi perayaan tanggal 01 Mei ini sebetulnya juga merupakan perayaan hari memasuki musim semi di berbagai negara Eropa seperti Estonia, Finlandia, Yunani, dan Perancis yang telah berlangsung sejak abad pertengahan. 

Italia menyebut May day dengan "Calendimaggio" atau "cantar maggio" sebagai hari datangnya musim semi. Musim dimana banyak keindahan dengan bunga bermekaran sebagai lambang harapan dan kebahagiaan.

Sejarah May Day dicatat sebagai peringatan Hari Pekerja Internasional yang dicetuskan saat para aktivis sosial berkumpul di Amsterdam pada tanggal 18 Agustus 1904 untuk menggelorakan semangat bersama memperjuangkan hak para pekerja di seluruh dunia. 

Pada tahun 1912, Konvensi Radiotelegraphic International di London memilih Kata Mayday sebagai kode emergensi dan mirip dengan ungkapan bahasa Perancis m'aider yang berarti "ayo bantu aku". 

May-day kita rayakan sebagai penghormatan kepada para pekerja yang tak pernah menyerah berjuang untuk masa depan dunia yang lebih baik. 

Mayday juga adalah kode morse keadaan darurat yang ditulis ". . .- - - . . ." (tiga titik, tiga garis, tiga titik) serta tidak mewakili bahasa apapun namun hanya untuk memudahkan penyampaian dan pengiriman pesan. 

Memaknai "May Day" sebagai hari solidaritas sosial antara para pekerja, pengusaha dan pemerintah perlu diwujudkan dalam aksi nyata untuk menyelamatkan semua. Negara dituntut untuk hadir melindungi pekerja dan pengusaha. Stimulus kebijakan dari pemerintah berupa potongan pajak saja tidak cukup berarti bagi dunia usaha dan industri jika ekonomi kita masih berbiaya tinggi dan kemudahan berusaha masih belum optimal.

Saat situasi sulit dalam keadaan darurat, akan muncul kekuatan untuk bertahan hidup (survival). Pasca Pandemi, dunia akan menghadapi era ekonomi survival. 

Kekuatan itu muncul dari momen survival kita dalam bentuk kreativitas. Dahsyat bila kreatifitas yang muncul tersebut akan menjadi kreatifitas kolektif yang berdampak sistemik bagi peningkatan kesejahteraan bersama.

Gotong royong merupakan salah satu bentuk kreatifitas kolektif yang bisa membantu memperbaiki keadaan survival ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun