Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perjuangan Ideologis di tengah Pragmatisme

23 Mei 2020   23:04 Diperbarui: 21 November 2020   18:00 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "ideologi" diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy pada tahun 1796 ketika ia ada dalam penjara untuk menunggu persidangan saat terjadi gejolak revolusi Perancis akibat teror yang dilakukan pemerintah. Tracy menciptakan kata itu dari bahasa Yunani (gagasan atau juga rasa) dan -logy, dari - (ilmu) sebagai reaksi atas terorisme yang terjadi dalam masa revolusi. Ideologi oleh Tracy adalah merupakan wujud satu sistem ide rasional untuk menentang impuls massa irasional yang menghancurkan gagasan-gagasan revolusi. 

Konsep "ideologi" diharapkan menjadi landasan untuk ilmu-ilmu moral dan politik. Tracy mendasarkan kata ideologi sebagai filsafat liberal yang bertumpu pada dua hal yaitu sensasi yang dialami orang ketika mereka berinteraksi dengan dunia materi dan terbentuknya ide-ide yang ada di pikiran mereka karena sensasi akibat interaksi dengan dunia materi tadi. Ide adalah realita ideal yang akan terwujud untuk memperbaiki kondisi yang buruk.

Kata pragmatisme muncul dalam tradisi filosofis yang dimulai di Amerika Serikat sekitar tahun 1870 dan sering dikaitkan dengan filusuf William James, John Dewey, dan Charles Sanders Peirce. Peirce kemudian terkenal dengan kutipan dalam bentuk pepatah pragmatiknya: "Pertimbangkan efek praktis dari objek konsepsi Anda. Kemudian, konsepsi Anda terhadap efek-efek itu akan menjadi keseluruhan konsepsi Anda terhadap objek."

Pragmatisme menganggap pemikiran (ide, gagasan) sebagai alat untuk memprediksi, dan menyelesaian masalah melalui tindakan praktis. Pragmatisme menolak gagasan bahwa fungsi pemikiran adalah untuk menggambarkan, mewakili, atau mencerminkan sebuah realitas.

Uraian diatas bisa menggambarkan posisi perbedaan ideologi vs pragmatisme, dimana ideologi merupakan sistem pemikiran yang berasal dari ide gagasan ideal dan pragmatisme lebih menekankan pada realita yang disikapi secara praktis terlepas itu ideal atau tidak.

Pada kehidupan masa kini, tipe orang pragmatis adalah mereka yang dalam beraktivitas untuk mencapai tujuannya tidak mementingkan idealisme perjuangan mereka melainkan selalu mengutamakan pertimbangan praktis. Tindakan orang bertipe pragmatis ini sering tidak koheren dengan spirit, proses dan konsekuensi pilihan mereka.  Sementara tipe orang ideologis yaitu mereka yang punya dasar gagasan, sistem nilai ideologi, dimana tindakan mereka selalu diarahkan oleh idealisme serta nilai (values driven) dalam setiap proses beraktivitas.

Dalam kehidupan keseharian, orang-orang pragmatis ini jumlahnya tentu jauh lebih banyak daripada mereka yang ideologis.

Orang ideologis tidak akan takut dengan risiko perjuangan sebagai konsekuensi yang harus diambil meski dalam jumlah mereka jauh lebih sedikit. Saat berada dalam konteks pekerjaan profesi mereka, bahkan orang ideologis berani dipecat atau kehilangan pekerjaan, daripada mereka harus bertentangan dengan keyakinan dan nilai-nilai mereka saat bekerja.

Kita mengenal sekurangnya ada 3 hal penting untuk mencapai sebuah tujuan yaitu ruh yang menjadi semangat (spirit) untuk mencapai tujuan, kemudian realita proses perjuangan untuk mencapai tujuan itu sendiri, dan yang ketiga adalah konsekuensi dari perjuangan untuk mencapai tujuan tersebut.
Ruh sebuah gerakan sangatlah penting menentukan kualitas pencapaian tujuan.  Ruh ini menjadi satu dengan gagasan ideal (ideologi)  dan alasan paling penting hadirnya sebuah perjuangan (raison d'tre).
Sementara dalam upaya mewujudkan tujuan, ada golongan orang yang pragmatis dan ada golongan orang yang ideologis. Ideologis merujuk pada orang yang menggunakan basis ideologi dalam mewujudkan tujuannya. Pragmatis merujuk pada orang yang menggunakan basis pragmatisme dalam mencapai tujuannya.

Berjalan menjadi seorang ideologis tentu membawa konsekuensi yang lebih berat. Namun perjalanan seorang ideologis akan memberi perubahan besar dalam konteks kebaikan dan akan lebih membahagiakan. Pikirkanlah pada hal-hal besar perjuangan kita dan bertindaklah dengan detail serta matang. Pencapaian harus dilandasi proses yang benar dan berkualitas. Bertahanlah dalam jalan ideologimu, meski perjalananmu akan terasa panjang dan terjal. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun