Mohon tunggu...
Timotius Apriyanto
Timotius Apriyanto Mohon Tunggu... Konsultan - OPINI | ANALISA | Kebijakan Publik | Energi | Ekonomi | Politik | Hukum | Pendidikan

Penulis adalah pengamat ekonomi politik, reformasi birokrasi, dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pandemi sebagai Ruang Penyembuhan Demokrasi

9 Mei 2020   07:07 Diperbarui: 13 November 2020   04:41 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momentum pandemi ini juga membuka ruang penyembuhan demokrasi yang bekerja secara simultan dengan penyembuhan klinis.

Amerika yang dikenal sebagai negara dengan demokrasi liberal justru menjadi negara dengan jumlah kasus covid-19 terbanyak di dunia. Nampaknya terjadi anomali antara relasi demokrasi dengan kemampuan menangani covid-19. Apabila kita melihat lebih dalam di negara paman Sam itu, kondisi publik health di sana sangat buruk dengan disparitas layanan kesehatan yang mencolok antara kelompok kaya dan miskin.

Sementara ruang demokrasi di Indonesia yang tadinya dibatasi oleh birokrasi dengan berbagai bentuk regulasi, saat ini juga banyak ikut dibongkar demi menyelamatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan demokrasi.

Salus Populi Suprema Lex Esto  (keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi) menjadi fondasi moral para pemimpin negeri ini, dan juga para pemimpin dunia lainnya untuk melakukan deregulasi bagi percepatan penanganan Covid-19 ini.

Kita berharap momentum pandemi covid-19 ini sekaligus menjadi ruang penyembuhan demokrasi yang efektif bagi tatanan dunia lebih baik termasuk di Indonesia.
Penyakit demokrasi di negeri yang konon masih dalam fase transisi demokrasi ini misalnya seperti orientasi politik kepentingan kelompok, dan tingginya ego sektoral semestinya kita sembuhkan. Para politisi negeri ini juga sedang berupaya bersinergi dalam seting peperangan melawan virus corona sebagai musuh bersama, meski sebelumnya selalu berkontestasi dalam kepentingan kekuasaan.

Penanganan Pandemi Covid-19 ini semestinya dilakukan dengan "sense of crisis" birokrasi yang cerdas.

Patologi Birokrasi sebagai aspek penting dalam ruang penyembuhan demokrasi perlu mendapat perhatian  khusus dari para pembuat kebijakan. Smith (1988) berpendapat bahwa ruang lingkup patologi birokrasi terdiri atas dua hal yaitu disfungsi birokrasi dan mal administrasi. Kedua ruang konsep patologi birokrasi itu harus dikurangi semaksimal mungkin.

Praktek birokrasi sebagai pendekatan "business as usual" seharusnya dirubah agar lebih efisien dan efektif. Sistem pengambilan keputusan perlu disederhanakan agar rakyat lebih cepat merasakan manfaatnya. Gugus Tugas Covid-19 harus berjalan dalam prinsip tata kelola yang transparan dan akuntabel.

Kegagalan kita dalam ruang penyembuhan demokrasi juga akan memicu kegagalan kita dalam pengendalian dan penyediaan pelayanan kesehatan untuk menyembuhkan penyakit Covid-19 ini secara komprehensif. Skema bantuan sosial dan mekanisme penerimaannya perlu sosialisasi secara jelas.

Keberhasilan dalam ruang penyembuhan demokrasi dengan tata pemerintahan yang baik, akan mendukung proses penyembuhan atas Covid-19 ini. (TA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun