Mohon tunggu...
Tilarso -
Tilarso - Mohon Tunggu... karyawan swasta -

[saya suka puisi tapi kurang bisa berpuisi | saya gemar membaca cerpen tapi amat sukar menulis cerpen | apalagi menulis cerita panjang yang saya membacanya jarang]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekawanan Tikus dan Seekor Kutu Loncat

29 Juni 2012   15:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:25 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PADA sebuah kandang yang dulu pernah kondang karena menjadi pemenang dalam adu kontes "Kandang Paling Menginspirasi", seekor demi seekor muncullah sekawanan tikus. Namun oleh pemilik kandang, tikus-tikus itu dibiarkan hidup bersama penghuni lain di dalam kandang, yang tak sedikit jumlahnya. Seekor kutu loncat yang dikenal sebagai binatang peloncat ulung, juga terkenal kepandaiannya berloncat kata, juga menjadi salah satu penghuni kandang itu. Bahkan sebelum meloncat ke kandang itu, kepandaiannya berloncat kata, telah amat terkenal.

Pada awalnya si kutu loncat berkarib dengan tikus-tikus itu. Bicaranya juga bernada membela tikus-tikus itu ketika mereka dihujat oleh para pembenci tikus. Namun hujatan demi hujatan yang mengarah pada kawanan binatang pengerat itu kian santer terdengar. Kian hari, hujatan-hujatan itu kian gencar menyerang  mereka dan berakibat pada lunturnya kekondangan nama kandang. Ini membuat Pemilik kandang mulai berang, meski sebelumnya bersikap lunak. Bahkan Pemilik kandang sampai meminta, lebih tepatnya menyindir, bagi yang merasa dirinya seekor tikus supaya meninggalkan kandang, karena Pemilik kandang merasa predikat "Kandang Paling Menginspirasi" sepertinya tak bisa dipertahankan pada pagelaran kontes mendatang bila kawanan tikus itu tetap dibiarkan menghuni kandang.

Si Kutu Loncat pun melihat gelagat yang tak menguntung bagi dirinya bila ia tetap menjadi penghuni di dalam kandang itu. Sebagai seekor kutu loncat ia mulai ancang-ancang untuk meloncat keluar dan mencari kandang lain yang dirasa aman untuk tempat bernaung dan mempengaruhkan diri. Ia melihat peluang supaya ia dapat meloncat dengan tanpa malu dan tetap bermuka, seperti dulu ketika ia meloncat dari kandang lain ke kandang itu. Sebenarnya ia sadar, sebagai seekor kutu loncat, di tubuhnya memang tak terdapat syaraf yang berfungsi mengendalikan rasa malu. Peluang itu ada pada tikus-tikus itu, yang kini tengah diserang hujatan dari para pembenci tikus dengan begitu gencar. Maka dengan lantang, di depan para pembenci tikus, si kutu loncat berujar bernada menghimbau, "Demi nama baik kandang, dan demi Pemilik kandang, maka alangkah baiknya bila mereka, tikus-tikus itu, keluar dari kandang dengan perasaan legowo." Ini ia lakukan di banyak kesempatan.

Si Kutu Loncat bertaktik, bila ia kerap mengeluarkan himbauan kepada kawanan tikus itu untuk keluar kandang maka ia telah menyalahi peraturan kandang. Peraturan itu adalah semua penghuni kandang dilarang mengeluarkan perkataan yang bernada menyudutkan penghuni lain yang tidak mewakili suara kandang, suara yang diambil pada forum kandang. Dengan ia kerap bertindak yang tak mewakili kandang yang berarti menyalahi peraturan kandang, ada kemungkinan malah ia sendiri yang dikeluarkan dari kandang. Dengan begitu ia bisa leluasa loncat dan menjadi penghuni baru di kandang yang baru pula. Kandang yang kemungkinan besar akan keluar sebagai pemenang dalam kontes "Kandang Paling Menginspirasi" dan riwayatnya sebagai seekor kutu loncat akan tetap langgeng. Paling tidak tak cepat tamat bila ia tak lagi meloncat dari kandang yang sekarang. Begitulah cara Si Kutu Loncat mencari aman.

--0--

Jakarta, Juni 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun