Mohon tunggu...
Tilarso -
Tilarso - Mohon Tunggu... karyawan swasta -

[saya suka puisi tapi kurang bisa berpuisi | saya gemar membaca cerpen tapi amat sukar menulis cerpen | apalagi menulis cerita panjang yang saya membacanya jarang]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mendengar Adzan

28 April 2012   16:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:00 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BAGI kita (baca: umat muslim), mendengar adzan berkumandang berarti menemukan kesempatan (lagi) untuk melakukan sesuatu yang positif atau amal baik. Kesempatan yang sengaja Allah swt papaskan kepada kita melalui telinga. Kesempatan yang digunakan untuk meraih pahala agar timbangan amal baik bertambah berat dibandingkan timbangan amal buruk kita yang beratnya pasti tak ketulungan, pada neraca amal kita. Dan amal baik untuk menambah pahala yang harus dikerjakan adalah sholat fardhu.
Semestinya, ketika menemukan kesempatan itu, kita menggunakannya secara benar dan maksimal. Maksudnya, melakukan sholat fardhu dan amalan-amalan yang mengiringinya sesuai yang disyariatkan oleh Rasul saw, sehingga pahala yang didapat akan berlipat, untuk mengimbangi amal buruk yang teramat sering kita perbuat. Datang ke masjid atau mushola lalu berwudhu dengan sempurna. Ketika maksud masjid melakukan sholat sunah Tahiyyatul Masjid dilanjutkan dengan sholat sunah rawatib sebelum sholat fardhu. Setelah iqomah barulah kita melakukan sholat fardhu berjamaah. Seusai sholat fardhu diteruskan dzikir, dan sebelum meninggalkan masjid atau mushola mengerjakan sholat sunah rawatib sesudah sholat fardhu. [Catatan: macam sholat sunah Rawatib disesuaikan dengan sholat fardhunya.] Kita akan sempat mengerjakan semua amalan itu bila bergegas menuju masjid atau mushola ketika mendengar adzan berkumandang.

Tapi rasa sombong dan sok tahu, membuat kita kerap menunda memenuhi panggilan yang amat jelas terdengar itu karena nyaris setiap adzan dikumandang menggunakan pengeras suara. Kita bahkan tak jarang menyia-nyiakan kesempatan itu begitu saja. Sombong dan sok tahu? Ya sombong, kita setiap hari tak luput dari kesalahan, dan dari kesalahan itu, sedikit-banyak, berakibat dosa, akan tetapi kita sering malas meraih pahala dengan sholat, yang lima kali dalam sehari-semalam diingatkan. Dan sok tahu, menunda dan bahkan mengabaikan dengan alasan kesempatan seperti itu akan datang lagi. Padahal kita tak pernah tahu apakah umur kita akan sampai pada kesempatan yang serupa.

Apakah yang akan terjadi bila kita menunda memenuhi panggilan adzan. Kita akan tergesa-gesa karena waktu yang sudah tak longgar lagi. Tergopoh-gopoh datang ke masjid atau mushola dan akibatnya ketidaksempurnaan ketika berwudhu. Yang penting anggota tubuh yang mesti dibasuh basah. Padahal wudhu adalah persiapan yang tak boleh dianggap remeh sebelum melakukan sholat. Wudhu mesti dilakukan sesuai tuntunan syariat agar tercapai kesempurnaannya.

Karena tergesa-gesa, saat mengerjakan sholat pun dengan tergesa-gesa. Bacaan-bacaan dalam sholat yang sejatinya do'a dan dialog kita dengan Allah swt, pun diucapkan dengan cepat. Begitu pula gerakan-gerakan sholat, dilakukan tanpa memperhatikan unsur tuma'ninah. Hanya menggugurkan kewajiban yang belum tentu menggugurkan kewajiban. Sholat tak diresap jiwa. Bacaan yang dilafadzkan tak ditelaah maknanya. Padahal bila dilakukan sungguh-sungguh, banyak faedah yang dapat dipetik dari sholat, selain meraih pahala. Salah satunya jiwa akan senantiasa merasa tentram meski hidup terasa berat.

Kita hendaknya bersyukur sebagai umat muslim karena ber-Tuhan-kan Allah swt. Allah Yang Maha Penyayang, salah satu sifat-Nya. Karena itulah setiap hari kita selalu diingatkan ketika telah tiba saatnya kita mengerjakan kewajiban yang lebih tepat disebut kebutuhan, melalui kumandang adzan. Itu salah satu kenikmatan yang Allah swt berikan kepada kita selaku hamba-Nya. Masih tak terbilang lagi kenikmatan-kenikmatan yang Ia berikan. Tentunya kita harus mampu mengupayakan agar kenikmatan-kenikmatan yang tersedia itu dapat dimiliki dan dirasakan, melalui kiat-kiat yang dibenar oleh syariat Islam. Sebab kiat yang sesuai syariat Islam dijamin tidak akan merugikan sesama manusia.

Sayangnya, masih banyak manusia yang tak mengindahkan kiat-kiat yang dibenarkan syariat. Setiap hari kita menyaksikan atau mendengar berita tentang orang-orang yang memaksa diri secara berlebihan dalam mengupayakan suatu kenikmatan. Akibatnya ditempuhlah cara yang merugikan orang lain, bahkan menistakan diri sendiri dan keluarga pelaku. Seperti mencuri, mencopet, merampok, menipu, korupsi, dan cara-cara tak terpuji lainnya. Berita-berita seperti itu amat mudah kita temui di berbagai media, baik cetak, eletronik, maupun digital.

Beruntunglah kita yang telah diwarisi sebuah agama yang teramat sangat indah. Sebuah agama yang tidak hanya mengatur hal-hal besar tapi juga mengatur hal-hal kecil. Sebab sesuatu yang kecil tak selalu sepele. Buang hajat misalnya. Janganlah menganggap buang hajat sebagai hal kecil yang sepele, sebab adab buang hajat menjadi pembeda antara manusia dan hewan. Tapi hingga kini banyak manusia yang sekedar buang air kecil sampai meniru adab hewan. Di sembarang tempat dan sangat mengganggu manusia lain, baik di mata maupun di hidung.

Teramat sayang, sebuah keindahan yang tiada duanya disia-siakan begitu saja. Teramat sayang, sebuah kesempatan yang teramat baik dilewatkan begitu saja. Teramat sayang, sejuknya air wudhu tak sempat dirasakan di kala pikiran dan tubuh merasa letih.

--0--

Jakarta, April 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun