“Ada sesuatu di balik pernyataan Bu Sri Mulyani,” jawab beta kepada pramugari yang bertanya mengapa senyam-senyum sendiri membaca koran. Beta selalu duduk di dekat jendela darurat setiap kali terbang, dan pramugrari selalu suka (dugaan beta) duduk di samping beta (jika kursi itu tak berpenumpang) setiap kali pesawat take-off atau berguncang hebat ketika menyelinap tumpukan awan kelabu.
“Menarik bagaimana, Pak?” tanyanya.
“Nanti saja baca di Kompasiana. Besok pagi saya coba menuliskannya.”
Beta kembali menenggelamkan diri pada halaman surat kabar. Film pada layar di depan beta biarkan balik menonton beta. Si Pramugari sudah diam, entah sedang apa. Saat goncangan mereda, ia berdiri dan kembali asyik dalam rutin tugasnya. Adapun kejadian-kejadian atau percakapan lain tidak perlu ditulis di sini sebab mungkin saja istri tercinta beta (galak, lho) sedang membaca juga artikel ini (Kalem, Ma. Papa baik-baik saja. Luv U).
Maka beginilah pemenuhan janji beta kepada pramugari itu.
“Konsumsi Domestik Diperkuat” sebab “Investasi Belum Bisa Diandalkan Jadi Mesin Penggerak Pertumbuhan” demikian judul dan subjudul berita pada Koran Jakarta (27/01). Itu berita tentang Forum Ekonomi di Jakarta (26/01) tempat Menkeu Sri Mulyani dan Menperin Airlangga Hartarto jadi pembicara. Disimak dari berita itu, kondisi ekonomi global masih melambat dan investasi di negeri ini tumbuh di bawah ekspektasi dalam enam tahun terakhir. Untuk menyiasati keadaan, sebagaimana disampaikan Bu Sri, pemerintah akan fokus untuk menciptakan kestabilan dan mengandalkan konsumsi domestik.
Apa yang disampaikan Ibu Sri merupakan catatan kaki dari prediksi dan harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 yang sebesar 5,1 persen itu. Selain bertumpu pada sumbangan konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi juga mendapat kontribusi penting dari belanja pemerintah. Tentang belanja pemerintah ini, tempo hari beta senggol dalam artikel “BPKB dan STNK: Harusnya Sekalian Naik 400%”
Pada kesempatan ini, beta akan fokus mengobrolkan konsumsi rumah tangga. Tentu saja beta mengupasnya dengan keyboard awam, sebagai just blogger, sebagai kompasianer yang ramah mengupas segala sesuatu demi menjaga ritme posting artikel. Syukur-syukur jika bisa menggoda pembaca agar membelanjakan perhatian pada soal ini.
Apa yang menarik dengan konsumsi rumah tangga ini?
Konsumsi rumah tangga sangat penting bagi perekonomian. Dengan konsumsi rumah tangga, perusahaan atau industri dapat membalas pengeluaran mereka atas belanja faktor produksi, dan dengan begitu usaha layak untuk terus berdenyut. Faktor produksi itu sendiri dibeli dari rumah tangga, dibayar dengan upah, sewa, bunga, dan deviden.
Konsumsi rumah tangga menjadi semakin penting lagi ketika perekonomian melesu, yaitu ketika pelaku usaha menunda belanja modal sebab laju keuntungan bisnis (lajut akumulasi kapital atau rate of profit dalam terminologi ekonomi-politik Marxist) sedang menurun dan ekspektasi mereka atas kondisi di masa depan jauh dari optimisme Punguk merindu Bulan. Dalam kondisi seperti ini, menjaga (jika bisa meningkatkan) konsumsi rumah tangga akan menjamin kapasitas terpasang yang existing tidak terpangkas, mesin dari usaha-usaha yang telah ada tetap hidup, dan gelombang PHK terhindarkan.