Kala nestapa sepi
kelabu tak pias tepi
di samping dan di atas
depan dan belakangmu
di bawahmu
di dalammu
Ketika sinema sejemu pidato menteri zaman Orba
Ketika buku-buku sedangkal catatan harian remaja
Ketika berdiam diri
adalah hadir pesta kawin
tanpa seorang pun kenalan
Namun bersibuk diri
tak beda kunjungi pameran Agustus
berjejer etalase omong kosong
basa-basi yang divernis tiap tahun
Kaucoba berlari ke dalam mimpi
tetapi tidur adalah menapak seribu undakan
Engkau berpaling pada puisi
yang ada rengekan pujangga
dramatisir kelam cinta yang biasa
Kautoleh pekerjaan tertunggak
tetapi kepalamu kehampaan merebak
Kautelepon sahabat
ceria candanya bunyi tiiiit tanpa jeda
Laman media sosial berulang kauperiksa
Seliweran hoax dan aksi narsis menyiksa
Ke dalam doa kaucoba tenggelam
tetapi Tuhan lelap di lubang hitam
Engkau ingin tiada
tak tahu caranya
Engkau ada
kelilingmu ketiadaan
Engkau ingin jawaban
lupa pertanyaan
Yang bisa selamatkanmu
Hanya jenaka tatapan
Hanya heran pertanyaan
pinta manja dipeluk
celoteh tanpa henti
cemberut disuruh tidur
bau keringat seharian main
cerdik cara mohon mainan
putramu usia tujuh
Ya, hanya putramu
Ketika ia di sana
dua puluh jam penerbangan darimu
saatmu kiamat