Atau mengembangkan integrasi vertikal dengan menumpuk banyak mata rantai ke tangan petani; atau mengadvokasi business enabling environment yang supportif terhadap petani.
Misalnya dengan Perda Harga Pokok Pembelian di tingkat petani. Pengembangan kapasitas petani selaku chain actor sering dilupakan.
Padahal, sebelum integrasi horizontal dan vertikal berhasil, para pendamping bisa mengembangkan kapasitas individual petani chain actor yang berdampak peningkatan pendapatan petani.
Saya ambil contoh kasus petani vanili di Alor. Suatu ketika saya mendapat kesempatan mempelajari rantai nilai komoditi vanili di sana. Thank's to teman-teman WVI.
Pulau atau Kabupaten Alor adalah salah satu sentra produksi vanili di NTT. Dari sisi produksi, pada 2016 Alor menghasilkan 64 ton vanili basah, berada di urutan keempat kabupaten penghasil vanili di NTT (BPS.go.id. "Produksi Vanili Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2004-2016").
Vanili di Alor terkenal karena kadar vanilin yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari vanili Madagaskar. Ini membuat para pedagang membeli vanili dari Alor sebagai bahan campuran vanili dari tempat lain agar memenuhi SNI atau standar ekspor.
Sayangnya, ketika harga vanili sedang baik-baiknya---pada 2018 harga polong kering Rp 7 jutaan per kg dan harga polong basah Rp 850.000 per kg--para petani di Alor tidak mendapat manfaat optimal.
Problemnya bukan pada harga jual yang rendah. Dua perusahan dari Jawa membeli vanili basah Alor Rp 700ribu hingga Rp 850ribu per kg di saat yang sama mereka membeli vanili dari kabupaten-kabupaten di Flores daratan hanya Rp 300ribu per kg.
Masalahnya produksi dan produktivitas vanili di Alor jatuh.
Dalam studi Handi Supriadi, N.R. Ahmadi, Dibyo Pranowo dan M. Hadad di tahun 2005, produktivitas tanaman vanili di Alor mencapai 1,20-1,49 kg per pohon. Dengan jarak tanam 1.5 x 2 meter, optimal bisa dihasilkan lebih dari 4 ton vanili per hektar lahan.
Dalam penelitian Handi Supriadi, dkk di tahun 2009, vanili di Alor, terutama di Kelurahan Kelaisi Timur bahkan mencapai hampir 5 ton per hektar.