Tidak perlu lockdown sekota segala. Cuma tambah persoalan dan menciptakan kepanikan saja. Cukup dengan membatalkan acara kumpul-kumpul; meminimalisir kontak dengan orang lain, setiap kita sudah berkontribusi besar menekan perluasan pandemi coronavirus.
Pasien pertama---yang terdeteksi---coronavirus di Indonesia terjangkit dalam acara dansa. Pasien meninggal di Solo diduga terjangkit saat menghadiri seminar di Bogor. Balita di Yogya diduga terjangkit saat jalan-jalan bersama keluarga di Depok.
Kenyataan di atas seharusnya buat kita mawas: perjumpaan dengan khalayak luas berkontribusi besar dalam penularan virus corona.
Hadir dalam acara kumpul-kumpul---pesta, seminar, kongres parpol, dll--- atau berada di tengah keramaian, kita berjumpa khalayak anonim dan mungkin orang-orang yang kita kenal tetapi tanpa tahu riwayat kontak mereka.
Kita tidak pernah tahu, jika si A yang duduk di sebelah kita; B yang menceritakan gerimis senja kemarin; C yang menjabat tangan sambil tersenyum manis kita di pintu masuk; atau D, mantan kekasih yang kita kecup keningnya adalah carrier coronavirus. Kita tidak pernah tahu siapa yang mereka jumpai sebelum bertemu kita.
Social distancing; mengurangi kontak dengan orang lain, apalagi khalayak, demikian anjuran Presiden Joko Widodo, Gubernur Anies Baswedan, Gubernur Ganjar Pranowo, dan banyak pejabat lainnya. Inilah cara paling optimal, efektif tanpa banyak dampak samping negatif untuk hambat penularan coronavirus.
Jadi cukup dengan membatalkan acara-acara keramaian, sekalipun sudah kita rencanakan jauh-jauh hari, menundanya ke kemudian hari; cukup dengan menunda aktivitas di luar rumah yang tidak mendesak; cukup dengan memindahkan aktivitas rutin seperti kerja dan sekolah ke rumah, sepanjang memungkinkan demikan, kita sudah mencegah penularan coronavirus.
Tentu saja wajib dipadukan pula dengan langkah kebijakan seperti yang dibahas dalam artikel "Bukan Lockdown, Ini Sebaiknya Langkah Pemda Cegah Corona Masuk Daerahnya."
Virus, setengah makluk setengah benda itu, seperti setiap makhluk dan layaknya setiap benda, ada masa kadaluarsa. Maka jalan mengalahkannya adalah dengan mencegah ia beregenerasi, meloncat dari satu inang ke inang lain.
"Lockdown"Â diri pribadi, katatakanlah begitu, isolasi diri pribadi, karantina diri sendiri, social distancing. Itu jauh lebih efektif dibandingkan me-lockdown satu kawasan pemukiman, satu kecamatan, satu kota, atau satu pulau yang bisa berkonsekuensi negatif ke mana-mana seperti kelangkaan barang dan jasa dan meningkatkan stres oleh suasana mencekam.