Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

May Day Membesar-Meluas, Parpol Buruhnya Kapan, Mad?

1 Mei 2019   18:31 Diperbarui: 1 Mei 2019   19:13 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

May Day, Hari Buruh dari tahun ke tahun kian semarak saja. Jumlah massa, serikat, dan sebaran kota, meski fluktuatif, secara agregat bergerak dalam grafik menanjak. Serikat-serikat buruh kuning peninggalan Orde Baru yang dahulu menolak (memilih Harlah SPSI sebagai peringatan hari pekerja) kini sudah hampir semuanya menerima 1 Mei sebagai hari yang menyatukan buruh sedunia.

Mungkin karena sudah jadi even lumrah, sejumlah unsur birokrat, bahkan juga pemerintah berusaha membangun citra hari buruh sebagai perayaan. Dengan begitu, diharapkan massa buruh yang berbaris di koridor-koridor kota akan menjalaninya dengan semangat karnival, atau mengganti sama sekali aksi massa dengan lomba balap karung, aksi donor darah, dan gelaran pasar murah. Jangan sampai deh kesadaran palsu baru ini menghegemoni kepala buruh.

May Day adalah momentum berlawan. May Day adalah unjuk kekuatan. May Day adalah cara mengetes perkembangan persatuan. May day adalah politis!

Sebelum aliansi Komite Aksi Satu Mei terbentuk di Jakarta pada tahun-tahun awal 2000an---diinisiasi sejumlah serikat buruh progresif yang menjadikan LBH Jakarta tempat rapat rutin aliansi---penyelenggaraan aksi massa Hari Buruh Internasional bukan perkara mudah. Mempersiapkan aksi Satu Mei menuntut keberanian, tenaga, bahkan juga kesehatan.

Saya pernah terlibat mempersiapkan perayaan hari buruh di masa-masa sulit itu. Meski tentu tak seberat yang dialami aktivis-aktivis tua (kalau bilang renta, mereka marah gak ya?) di masa kejayaan Soeharto seperti yang dikisahkan dalam novel "Lelaki di Tengah Hujan."

Di Jabar, saya pernah ditugaskan  di kawasan pabrik di Cimahi. Di Jakarta pernah di Pulo Gadung, lalu di Cakung pada tahun lainnya.

Karena ini artikel blog, mungkin menarik saya sisipkan kisah subjektif itu.

Di Cimahi, saat itu satu-satunya sandaran memobilisasi massa adalah kawan-kawan aktivis buruh yang keren dari SBI Bandung. Mereka baru saja merintis organisasi perjuangan baru, Front Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI) yang dipimpin Ketua PPBI, Dita Indah Sari.

Ketika itu Eti yang dijuluki media massa sebagai Srikandi Buruh Jawa Barat mendatangi kampus di samping kebon binatang. Ia minta ada penugasan mahasiswa malas belajar ke basis buruh untuk mempersiapkan may day. Istilahnya deploy nonpermanent. Sialnya permintaan itu pakai menyebut nama, close list, dan saya--mungkin karena dianggap malas belajar--diminta ke Cimahi. Hiks.

Saat itu FNPBI hanya punya satu basis buruh, di PT Matahari. Sementara target kami adalah memobilisasi sebesar-besarnya, jika perlu seluruh isi pabrik-pabrik di Cimahi.

Untuk mempopulerkan kembali 1 Mei sebagai hari buruh, diskusi dengan buruh dilakukan secara bergerilya di kontrakan kontak-kontak buruh. Hari ini bertemu beberapa orang kontak, mengajak mereka berdiskusi. Setelah mereka paham dan setuju, minta mereka mengumpulkan kawan-kawannya pekan depan. Acara rujakan dijadikan kamuflase.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun