Pekan ini ada dua peristiwa yang memberi harapan bahwa negara punah seperti yang dipidatokan Prabowo belum akan jadi kenyataan. Yang pertama adalah penahanan Bahar bin Smith oleh Polda Jawa Barat. Sementara yang kedua adalah deklarasi akbar ulama se-Madura mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin dalam pilpres 2019.
Begini alasanya
Yang pertama soal penahanan Bahar bin Smith.
Om-Tante mungkin masih ingat frasa "negara hadir" yang populer di kubu Jokowi-JK semasa kampanye pilpres 2014 silam.
Frasa negara hadir bermakna adanya tanggung jawab negara dalam penegakan dan perlindungan hak asasi warga negara. Di bidang ekonomi, sosial dan budaya, negara hadir berupa penyediaan lapangan kerja; menjamin akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan; serta menjamin harga beragam kebutuhan pokok terjangkau.
Di bidang sosial-politik, negara hadir dalam wujud melindungi rakyat dari tindakan semena-mena, baik oleh aparatur kekerasan formal (TNI dan Polri), pun dari ormas milisi sipil.
Penetapan tersangka dan penahanan Bahar bin Smith boleh jadi memberi kita harapan bahwa negara tidak takluk di hadapan ormas-ormas bertopeng agama yang mengandalkan pengerahan massa dalam memaksakan kepentingan mereka.
Yang kedua adalah acara capres Joko Widodo di sejumlah tempat di Jawa Timur, termasuk di Madura pada 18-19 Desember. Â Jokowi ditemani Yenny Wahid mengunjungi sejumlah pesantren hingga menghadiri deklarasi akbar ulama Madura.
Yenny Wahid dan Gusdurian tampaknya berada di balik kemeriahan penyambutan Jokowi di Madura, terlihat dari maraknya poster "Yenny Wahid for Jokowi" berdampingan spanduk Jokowi-Ma'ruf Amin.
Gusdurian mulai unjuk gigi, demikian saya menyimpulkan peristiwa ini.