Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Saya Sudah Sepelekan PSI, Ternyata Program Perjuangan Keperempuanan Mereka Top Juga

14 Desember 2018   02:21 Diperbarui: 14 Desember 2018   09:18 990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para perempuan PSI [Detik.com]

Selama ini banyak organisasi perempuan yang genit dan latah menuntut kesataraan formal seperti akses perempuan dalam politik namun abai terhadap pemenuhan prasyaratnya. Tanpa pembebasan dari beban kerja domestik, hanya perempuan kelas menengah atas, para kuntilanak wangi--meminjam umpatan Saskia Wieringa--yang bisa aktif berpolitik sebab mereka dapat menggaji asisten rumah tangga.

Sementara perempuan kelas pekerja yang oleh panggilan nurani dan komitmen kuat tetap berpolitik juga, sering terpaksa harus mengorbankan keluarga mereka.

Seorang perempuan pejuang lingkungan peraih penghargaan internasional pernah curhat, putri sulungnya menjadi agak kurang cerdas sebab keluarga yang sering ia titipi putrinya mengambil jalan pintas memberi CTM--obat alergi yang berefek kantuk--agar si putri mudah lelap dan mereka tak perlu banyak repot.

Istri saya sering marah-marah kepada aktivis perempuan yang mengajaknya berdiskusi soal peran politik perempuan namun enggan menuruti sarannya untuk mengorganisasikan tempat penitipan anak yang dikelola secara kolektif oleh komunitas perempuan kelas pekerja.

"Dasar perempuan kelas menengah genit, kepala batu, dan tak paham akar persoalan," katanya. Saya selalu mengamini jika ia berkata begitu sembari merasa bersalah sebagai kaum lelaki.

PSI tampaknya bukan tipe dogmatis yang ngotot dengan target tinggi. Saya duga alokasi anggaran bagi tempat penitipan anak adalah program atau tuntutan maksimum mereka. Untuk mengantisipasi kesulitan itu terpenuhi, mereka telah mempersiapkan pula program minimumnya--saya menduga demikian--, yaitu regulasi tentang fleksibilitas jam kerja dan relasi kerja yang memungkinkan perempuan bekerja dari rumah dengan memanfaatkan teknologi.

Jika program penitipan anak yang dibiayai negara merupakan program khas sosialis, program minimum fleksibilitas waktu dan tempat kerja yang memungkinkan perempuan bekerja dari rumah adalah khas kapitalisme.

Hal ini sebenarnya merupakan kecenderungan umum perkembangan pasar tenaga kerja dalam kapitalisme, ketika demi efisiensi, model-model hubungan kerja tradisional ditinggalkan, beralih  ke sistem crowdsourcing yang membebaskan kapitalis dari beban untuk mengupah secara tetap dan reguler buruhnya sementara permintaan dari konsumen tak selalu ada.  

PSI tampaknya tidak coba bersikap romantik dengan menuntut dipertahankannya relasi kerja tradisional (buruh pabrik zaman dahulu) melainkan mengikuti perkembangan pasar tenaga kerja. Mungkin saja--saya tak memiliki dokumen lengkap program perjuangan PSI-- itu disertai pula tuntutan regulasi negara untuk melindungi model baru relasi kerja ini.

Dengan program minimum ini, kesadaran patriarkis bahwa perempuan bertanggungjawab atas urusan domestik tidak coba dilawan. Hmmm, boleh disebut kompromis, boleh pula realistis.

Hebatnya, saya memandang program-program ini bukanlah janji populis sebab tidak banyak gunanya untuk menarik simpati pemilih. Ini sungguh-sunggu program yang dibuat sebagai solusi problem kaum perempuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun