Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Analogi "Thanos Infinity War", Pidato Terkeren Pemimpin Dunia, Mungkinkah Ada Peran Erick Thohir?

13 September 2018   09:41 Diperbarui: 14 September 2018   05:44 6518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpidato di hadapan para pemimpin dunia dalam World Economic Forum (WEF) 2018 di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9/2018), Presiden Jokowi menggunakan perumpamaan yang sangat milenial. Ia mengambilnya dari film "Avengers:  Infinity War" atau komik Marvel, terutama karakter Thanos yang menghancurkan dunia demi menguasai sumber daya di dunia untuk menegakkan kejayaannya.

Banyak yang menyangka Presiden sedang menyerang Donald Trump melalui perang dagangnya. Trump (Amerika Serikat) ingin menang sendiri. Melalui kebijakan proteksionis, Donald Truump berusaha mengembalikan kejayaan ekonomi Amerika Serikat dengan mengorbankan kestabilan ekonomi dunia.

Namun presiden kemudian menjelaskan, Thanos bukan monopoli Amerika Serikat. Thanos ada dalam diri setiap orang dalam bentuk paham atau gagasan bahwa kemenangan hanya bisa diraih dengan mengalahkan yang lain.

Ini adalah prinsip kompetisi yang menjadi semangat dasar kapitalisme. Yang satu menang berarti yang lain kalah.

Dalam kapitalisme, ke dalam negeri tugas negara hanya menyediakan ruang pertarungan terbuka bagi aktor-aktor ekonomi untuk mengembangkan segala daya yang dimiliki untuk menang dalam persaingan. Logikanya jika tiap-tiap orang berusaha semaksimal mungkin untuk keluar sebagai pemenang, dan mengalahkan yang lain, total output masyarakat akan meningkat.

Sementara ke luar negeri, negara bertindak sebagai perpanjangan tangan aktor-aktor ekonomi dominan di negerinya untuk bersaing melawan negara-negara lain  demi menguasai sebesar-besarnya sumber daya ekonomi dunia: bahan baku, energi, modal, pasar, ilmu pengetahuan, dan tenaga kerja.

Konsekuensi kapitalisme adalah ada winners dan lebih banyak lagi losers. Para pemenang akan terus bertambah kuat dan terus saja menjadi pemenang. Kaum yang kalah akan kian tersingkir dari persaingan dan jumlahnya terus bertambah banyak, menghasilkan struktur piramida masyarakat yang kian lancip.

Jokowi ingin mengganti itu, mengganti prinsip persaingan, prinsip menang-kalah, mental dasar Thanos itu dengan semangat kolaborasi, semangat gotong-royong, kemitraan.

Inilah semangat sosialisme genuine yang coba dikembalikan oleh negara-negara di Amerika Latin yang menyebutnya sebagai Sosialisme abad 21. Ini juga semangat ekonomi Pancasila yang Soekarno sebut sebagai sosialisme Indonesia.

Prinsip ini berbeda dibandingkan sosialisme Uni Soviet era Stalin yang didasarkan pada perencanaan terpusat oleh negara. Perencanaan terpusat oleh negara hanya akan menghasilkan kapitalisme baru, kapitalisme negara.

Dalam ekonomi gotong royong tiap-tiap individu didorong untuk berpartisipasi, untuk bermitra.  Hal inilah yang akan dilanjutkan dalam Nawacita II, yang oleh Ma'ruf Amin disebut arus baru ekonomi Indonesia, ekonomi keumatan yang semangat dasarnnya adalah kemitraan antara yang kuat (pengusaha-pengusaha besar) dan yang lemah (ekonomi kolektif rakyat: pesantren, koperasi-koperasi, kelompok-kelompok usaha binaan gereja).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun