Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pesan Penting tentang Asal Mula Peperangan dalam "The Pirates of Somalia"

27 Februari 2018   08:03 Diperbarui: 1 Maret 2018   02:46 3226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari voxcinemas.com dan imdb.com

Jay bisa bertahan bukan hanya oleh keinginan kuat subjektif untuk menjadi jurnalis sukses. Ketika pertama tiba, Abdi (pemandu lokal yang kemudian menjadi kawan akrab Jay, diperankan Barkhad Abdi) bercerita bahwa para bajak laut itu tidak mau disebut bajak laut karena mereka sebenarnya nelayan yang menjaga pantai. Hal ini membuat Jay merasa punya panggilan untuk mewartakan kebenaran tentang apa yang terjadi di Somalia. Tekad ini bertambah kuat setelah Jay bertemu Boyah, bos bajak laut yang punya kode etik dan jiwa kemanusiaan tinggi.

Meski banyak dan berat tantangan selama tiga bulan tinggal di Puntland Somalia, mulai dari keterbatasan uang hingga risiko terbunuh, Jay akhirnya dapat mengumpulkan bahan-bahan untuk bukunya. Pada 2011, The Pirates of Somalia terbit dan laris terjual.

Jay berhasil meraih impian, menjadi jurnalis beken yang menulis untuk media massa ternama: The New York Times,The Financial Post,The Globe and Mail, dan The Times of London. Jay juga menjadi koresponden lepas CBS news dan penasihat pemerintah AS untuk isu bajak laut.

Kedua, jangan terlalu percaya sudut pandang arus utama

Dunia luar memandang mereka sebagai bajak laut. Demikianlah rekonstruksi media internasional dimamah biak publik. Jamaknya bajak laut adalah penjahat. Tetapi dunia tidak hitam putih. Orang-orang baik memiliki dark side, sebagaimana halnya orang jahat bisa berada di sisi the force.

Ketika menelusuri lebih dalam --tidak menerima begitu saja kesan umum dunia luar terhadap "bajak laut" Somalia-- Jay menemukan bahwa di antara para pemimpin "bajak laut" ada orang seperti Boyah. Dijuluki Robin Hood, Boyah dan 500-an anak buahnya tidak sekali pun membunuh penumpang dan awak kapal yang dibajak. Uang ganti rugi dari pembebasan "sandera" dan kapal dibagi-bagi kepada rakyat miskin.

Masuk ke dalam kehidupan kehidupan "bajak laut", termasuk ngegele bareng --di Somalia pakai daun khat-- membuat Jay mengetahui bahwa sebenarnya orang-orang itu adalah orang biasa, para nelayan yang frustrasi oleh perang dan kemiskinan, dan pada awalnya hanya hendak mengamankan kekayaan laut mereka dari pencurian oleh armada perusahaan penangkap ikan asing.

Sejatinya Somalia adalah masyarakat damai. Orang Mesir menyebut wilayah yang dikenal sebagai Somaliland ini sebagai negeri rempah. Klan-klan yang menghuni Somaliland terkenal dengan peradaban puisinya. Puisi menjadi alat utama mengatasi persaingan dan pertentangan antara klan. Itu sebabnya, Somalia juga dikenal sebagai a nation of poets.(1)

Lantas apa yang mengubah wajah negeri ini menjadi negeri pengungsi, kelaparan, perang saudara, dan bajak laut?

Akar panjang nelayan bersenjata di Somalia

Ulasan berikut go beyond the movie dan banyak mengambil data dari artikel "Colonization of Somalia" (Pennsylvania State University), "Somalia: Colonialism to Independence to Dictatorship, 1840-1976" (Enough Project), "Somalia: Fall of Siad Barre and the civil war" (World Peace Foundation). Sementara "Somalia: How Colonial Powers drove a Country into Chaos" (wawancara Gregoire Lalieu dengan Mohamed Hassan, ahli geopolitik kawasan Arab) cukup mempengaruhi persepsi artikel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun