Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bobo Pengantar Dongeng dan Daya Imaji Kompasianer Ikhwanul

6 November 2017   15:47 Diperbarui: 6 November 2017   21:06 2689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Dikau hendak mengaku-ngaku berimajinasi tinggi atau mengerti daya imaji, sebaiknya tahan dulu kepongahan itu. Pergilah ke toko buku, beli buku-buku Om Ikhwanul Halim dan bacalah. Setelah itu Dikau akan lebih bersahaja sebab telah Kaulihat sendiri bagaimana rupa sejati imajinasi itu.

Semalam tidur saya lumayan nyenyak. Maklum, kemarin berkegiatan cukup padat. Siang di kebun menerima kunjungan wawancara redaktur sebuah harian terkemuka di kota ini; kemudian iseng mencangkul untuk membuat beberapa bidang bedeng di kebun pepaya. Ketika pulang, masih juga memindahkan sejumlah anakan kurma (yang riang menyembulkan satu helai sulungnya menembus permukaan tanah dalam gelas bekas air kemasan) ke polybag yang lebih besar hingga hari mulai gelap. Malamnya saya berbincang-bincang hingga larut malam dengan mantan guru matematika SMP saya di kedai kopi. Kebetulan ia sedang berada di kota ini untuk beberapa urusan yang ternyata perlu menyeret bantuan saya. Sepulang itu saya masih sempatkan mengetikkan beberapa larik jahil tentang Puting Beliung yang merusak sisi kota dan politisi yang memusuhi rakyat kreatif.

Aktivitas kemarin perlu saya ceritakan sebagai pembelaan diri atas bangun kesiangan hari ini dan tak sempat menjumpai tukang pos yang mengantar buku-buku Om Ikhwanul. Ketika bangun, paket berisi buku-buku Om Ikhwanul sudah duduk di atas meja, di samping termos kopi 2 liter sebagai bekal berkebun.

Baiklah, kita panggil saja Om Ikhwanul sebagai Penyair Majenun, nama yang dipilihnya sendiri untuk dirinya sendiri. Hehehe, saya jadi ingat Taserface, anak buah Yondu Udonta yang coba-coba mengkudeta kepemimpinan Yondu  dalam Guardian of Galaxy II itu. Taserface adalah nama yang ia pilih sendiri karena menurutnya keren. Alih-alih memuji, Rocket yang pada dasarnya memang sinis itu justru terpingkal-pingkal menertawakannya.

Saya bukan Rocket dan Om Ikhwanul bukan Taserface. Karena itu saya tidak akan menertawakan nama Penyair Majenun. Apalagi saya juga menganggap Tilaria Padika, nama yang saya utak-atik sendiri itu keren.

Saya segera mencabik-cabik kemasan paket, memilih serampangan satu buku, menyambar kopi dan bungkus rokok, dan mulai membaca. Niatnya satu cerita saja, agar bersama rokok dan kopi membantu menyiagakan jiwa dan tubuh menyambut hari yang akan melelahkan.

Ya, satu cerita saja. Sebab saya yakin --dan karena itu tidak menimbang lama untuk memesannya--- cerpen-cerpen Om Ikhwanul setara keping-keping Bull Rush Chocolate dari Mid Canterbury atau pesaingnya Whittaker's dari Porirua. Mereka terlalu berharga untuk habis sekali lahap lalu sesal menyergap esok harimu yang manyun. Berbeda dengan cerpen-cerpennya, saya belum merasa connected dengan puisi-puisi Penyair Majenun.

Ternyata Bobo Pengantar Dongeng buku itu. Sejak judul sudah menjungkirbalikan kelaziman frasa yang lekat pada ingatan masa kecil kita. Ini mungkin kekhasan canda kaum Majnun.

Saya mulai dengan "Air Kehidupan" dan berharap bisa berhenti setelahnya. Tetapi tanpa sadar saya sudah sampai cerpen ke-12 "Taman Patung di Tepi Jalan." Rokok batang kedua yang dinyalakan telah mematikan diri sendiri sebab bosan menunggu sedotan bibir ini; sementara kopi mendingin oleh cemburu.

Saya mencoba kendalikan diri, berusaha untuk berhenti, mengingatkan diri bahwa masih ada anakan kurma yang belum dipindahkan ke polybag besar, juga esok hari masih butuh cerpen-cerpen yang lain, jika bisa untuk bacaan seminggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun