Hari itu, 10 Maret 2004 kemudian dikenal sebagai Rabu Berdarah. Enam orang petani Colol: Vitalis Jarut, Domi Amput, Stefanus Magur, Yoseph Tatuk, Maksimus Tio dan Frans Atur tewas ditembus timah panas. Sekitar 17 orang lainnya menderita cacat permanen.
Sejumlah 19 bintara polisi dan wakapolres Boni Tampoi yang bertanggungjawab atas pembantaian itu memang pernah diadili. Tetapi tidak satupun yang divonis bersalah. Boni Tampoi bahkan kian cemerlang karirnya. Dari seorang Wakapolres Manggarai berpangkat Anjun Komisaris Besar menjadi Wakapolda Lampung berpangkat Brigjend.
Konflik klaim tapal batas hutan antara pemerintah dan petani di Manggarai belum benar-benar tuntas. Tetapi pokok-pokok kopi yang pernah dibabat telah kembali berbuah. Colol kembali mempersembahkan Yello Caturra dan Juria kepada penikmat kopi di tanah air dan dunia. Kopi Colol bahkan berhasil memenangkan sejumlah festival kopi nasional.
***
Tilaria Padika,
01102017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H