Mohon tunggu...
Tiknan Tasmaun
Tiknan Tasmaun Mohon Tunggu... Administrasi - Praktisi herbal sekaligus blogger

Praktisi herbal yang ingin bermanfaat bagi sesama. Punya website di www.tiknan.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menarik Rejeki?

26 Juli 2011   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak iklan bertebaran di berbagai tabloit, koran dan majalah yang mengklaim bahwa si paranormal mampu membantu menarik rejeki bahkan uang secara langsung. Bagi yang percaya, silahkan.

Pada artikel kali ini penulis ingin membicarakan mengenai rejeki dari sisi ikhtiar bathiniah berupa pembangunan mental dan keyakinan alam bawah sadar melalui pengucapan kalimat afirmatif. Secara khusus pula, kalimat afirmatif yang penulis jadikan 'model' atau contoh adalah kalimat afirmatif yang dalam khasanah nusantara dikenal dengan nama 'mantra'.

Salah satu mantra yang menjadi kalimat afirmatif untuk 'penarik' rejeki adalah dibawah ini :

Bismillahirahmanir-rahiim, (kemudian mengheningkan cipta, berdoalah dengan cara memuji Tuhan dan memohon rejeki),

“Sri Rejeki,
Sedulurku kang ono keblat wetan pernahe,
Sedulurku kang ono keblat kidul pernahe,
Sedulurku kang onokeblat kulon pernahe,
Sedulurku kang ono keblat lor pernahe,
Bapa akasa,
Ibu pertiwi,
Wus pepak sedulurku papat kalimo pancer,
Rewangono ingsun golek rejeki sandang pangan, pepak rejeki, murah rejeki krana Allah ta’ala
Lailahailallahu Muhammadarasulullah”.

“Sri rejeki,
Saudaraku yang ada di keblat timur tempatnya,
Saudaraku ayng ada di keblat selatan tempatnya,
Saudaraku yang ada di keblat barat tempatnya, Saudaraku yang ada di keblat utara tempatnya,
Bapa Angkasa,
Ibu pertiwi,
Sudah genap saudaraku yang empat dan yang kelima ‘pancer’
Ikutlah bersamaku mencari rejeki, sandang pangan,
Cukup rejeki murah rejeki karena Allah ta’ala,
Lailahailallahu Muhammadarasulullah”

Mantra adalah Penyaksian.

Penyaksian suatu kesiapan mental kita menjadi saksi. Bisa menjadi saksi karena kita sendiri telah ‘melihat, mendengar dan atau mengalami dan merasakan sendiri. Jika berdoa memohon rejeki, maka sepatutnya kita sudah menjadi saksi dan menyaksikan bahwa diri ini adalah fakir tiada daya sama sekali. Sekaligus juga menyaksikan dan menjadi saksi bahwa Allah itu kaya, amat pemurah serta mau dan mampu mencurahkan rejeki pada kita.

Salah satu ‘alat’ yang mendongkrak kesaksian kita adalah mantra. Para orang tua zaman dulu mengajarkan mantra. Sebenarnya mantra adalah kalimat-kalimat afirmatif untuk memancing kesaksian mental atau alam bawah sadar kita.

Pada contoh mantra diatas maka kita menjadi saksi sekaligus menyaksikan bahwa Allah maha murah dengan menyediakan rejeki kita disemua tempat. Timur, selatan, barat, utara atas maupun bawah. Sekaligus kita mengakui sebagai bagian dari alam semesta.
Jika sudah menyatu penghayatannya maka dalam diri kita akan tumbuh etos kerja yang giat bahwa tugas
kitalah ‘mewadahi’ rejeki yang mengalir tersebut sekaligus memanfaatkannya demi kepentingan diri, keluarga dan sosial.

Biasanya sarana pembacaan mantra tersebut disertai laku yaitu bancaan jajan pasar. Artinya kita disuruhmemberi anak-anak kecil di sekitar kita makanan berupa jajanan yang disukai mereka. Sebenarnya ini adalah upaya meminta doa dari barokahnya ‘menyenangkan’ anak-anak. Hal ini mengajarkan watak sosial dalam diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun