Banyak sekali tokoh yang meragukan pernyataan Jokowi dengan PDIP-nya bahwa akan membangun koalisi tanpa syarat. Para pengkritisi bilang itu nonsense alias omong kosong. Pasti akan ada deal-deal dibawah meja. Lebih bagus kelompok Prabowo-Hatta Rajasa yang secara terang-terangan membangun koalisi dengan cara menjanjikan bagi-bagi kursi.
Menurut mereka Prabowo lebih terus terang dengan membicarakan segala sesuatu secara terang-terangan tanpa ditutup-tutupi dibawah meja. Ada banyak janji pembagian kursi. Contoh nyata, ARB dijanjikan kursi menteri utama. Padahal kita semua tahu bahwa tiada kelaziman di dalam model tata negara Indonesia ada jabatan menteri utama yang kewenangannya setingkat perdana menteri. Artinya janji ini adalah janji yang sumir, yang jika tidak terlaksanapun maka Prabowo tidak mau dipersalahkan oleh ARB sebagai tindakan ingkar janji karena memang dalam struktur pemerintahan tidak memungkinkan jabatan tersebut. Karena janji tersebut adalah memang sangat-sangatlah sumir sekali. Begitu pula jabatan yang ditawarkan kepada Mahfud MD. Hanya disebut jabatan yang sangat setrategis namun jabatan tersebut tidak jelas. Ini artinya sama saja dengan menjanjikan sesuatu yang tidak jelas.
Okelah, hal itu kita lupakan, anggap saja itu urusan 'dalam negeri' mereka. Menjadi pertanyaan mendasar adalah benarkah Jokowi benar-benar membangun koalisi tanpa syarat ? Jangan - jangan ada deal-deal tertentu yang ditutup-tutupi, istilahnya dibawah meja. Mari kita perhatikan beberapa peristiwa mutakhir ini.
Pada malam hari menjelang deklarasi caprees-cawapres masing-masing pasangan, ARB masih mendatangi Megawati selaku pimpinan PDIP yang menjadi pengusung Jokowi. Hasilnya ARB gagal menjadi anggota koalisi Jokowi. Siang harinya Prabowo mendatangi ARB dan menjajikan jabatan menteri utama kepada ARB yang kemudian ARB dengan Golkar-nya masuk menjadi anggota koalisi Gerindra-Prabowo.
Peristiwa itu menjelaskan dengan gamblang bahwa PDIP dan Jokowi telah menolak segala syarat pembagian dan penjatahan kekuasaan atau bagi-bagi kursi. Jika seandainya malam hari tersebut Jokowi mau menjanjikan posisi yang sangat penting bagi ARB tentu ARB akan pasti masuk menjadi anggota koalisi Jokowi.
Fakta berikutnya adalah Bapak Mahfud MD yang masuk menjadi tim pemenangan kubu Prabowo. Menurut pengakuan beliau dalam salah satu wawancara di televisi swasta beberapa waktu lalu, beliau mengatakan kedua calon presiden adalah putra terbaik bangsa saat ini yang dua-duanya layak didukung. Namun beliau menyatakan secara tersirat bahwa beliau akhirnya memutuskan memilih bergabung dengan Prabowo karena dijanjikan suatu jabatan strategis tadi. Andai saja oleh Jokowi beliau juga dijanjikan posisi strategis maka penulis yakin seribu persen bahawa Bapak Mahfud MD pasti akan tetap mendukung Jokowi. Ingat bawa Bapak Mahfud MD adalah salah satu bakal calon presiden PKB yang kemudian menjadi salah satu calon wakil presiden yang disodorkan PKB kepada Jokowi.
Melihat secara jernih dari peristiwa tersebut maka jelas terbukti bahwa koalisi yang dibangun oleh Jokowi adalah koalisi tanpa syarat. Dan dua peristiwa tersebut telah membuktikan itu. Jangan tanya lagi soal partai-partai lain yang menjadi pendukung Capres Prabowo, bukankah ada yang sudah terkenal dengan jargonnya mahar "Wani Piro ?"
Salam Cerdas Memilih RI-1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H