“Jika kau tidak bisa bekerja dengan cinta tapi hanya kebencian atau ketidaksukaan, itu lebih kau tinggalkan pekerjaanmu,” dendang Kahlil Gibran. Tak sekadar sentilan kelompok musik Koes plus dalam lagunya berbahasa jawa mendesirkan “urip pancen angel kudu ne ora usah ngomel, ati kudu tentrem nyambut gawe karo seneng,” yang menyinggung titik yang sama dengan kutipan Gibran dari seuntai karya yang di rangkainya. Bekerja dengan hati pekerja yang mencintai pekerjaannya yang dibuktikan dari hasil kerja yang terlihat begitu penuh dengan semangat bekerja. Bekerja tidak hanya menggunakan hati dan semangat kerja penuh juga dilengkapi dengan motivasi, kejujuran, kerja keras, kesinambungan sabar dan ulet serta komitmen. Seperti apa keahlian serta pengetahuan dan kemampuan tehknik merupakan penopang timur tanpa diimbangi sisi barat yang berisi moral tentang profesionalitas?
— Lulusan perguruan tinggi di Indonesia dinilai belum sepenuhnya memiliki perilaku profesional. Akibatnya, kinerja mereka saat sudah menggeluti dunia kerja tidak bisa maksimal karena karakter-karakter profesional yang dibutuhkan kurang berkembang dalam diri mereka. (Sumber; Harian KOMPAS)
Karakter professional bukan sekadar materi yang kecil atau kurang berpengaruh dalam pendidikan. Pendidikan di Indonesia banyak menyentuh hal pengetahuan dan keterampilan atas ilmu yang dipelajari. Apakah tujuannya? Menghasilkan pekerja yang hanya bekerja? Sekiranya, pendidikan tersebut hanya tidak dibarengi secara penuh dengan pendidikan moral tentang dedikasi namun, juga menggunakan serta merta keterampilan dan pengetahuan tersebut.
Dedikasi merupakan titik yang mempertemukan hal-hal tentang keilmuan dan pengetahuan dengan nilai moral tentang motivasi, kejujuran, kerja keras, kesinambungan, sabar dan ulet serta komitmen. Pertemuan tersebut hendak lah seimbang agar dalam pekerjaan kelak peserta didik menjadi orang-orang yang bekerja secara professional dan menjadikan pekerjaannya memiliki jiwa.
Manusia bukanlah alat pertumbuhan ekonomi atau status sosial seperti dalam teori kapabilitas yang juga mengungkapkan bahwa manusia memerlukan hal-hal yang dapat membantu membuat keputusan-keputusan yang dianggap bernilai sehingga mampu bertindak menghilangkan hambatan-hambatan yang ada. Dalam pendidikan yang merupakan jalan pembuka bagi pengetahuan luas, bukan hanya materi dan pengajaran serta ilmu yang diberikan namun, sikap, nilai moral serta penghayatan dalam melakukan pekerjaan di dalamnya.
Penghilangan salah satu unsur akan mengurangi kemampuan manusia untuk bertindak secara bebas. Hal tersebut berarti menghambat kebebasan manusia. Penghilangan unsur nilai-nilai yang membangun jiwa bekerja sepenuh hati dan menonjolkan materi serta bagian ilmu dengan tujuan menciptakan pekerja yang hanya tahu bekerja tanpa mengetahui alasan bekerja yang mendasar dalam dirinya merupakan indikasi awal manusia dijadikan alat pertumbuhan ekonomi dan sosial.
Peserta didik yang telah lulus dan bekerja tanpa dedikasi pada pekerjaan cenderung berdedikasi pada hal lain seperti materi dan jabatan. Satu tindakan pemilihan yang dapat dimanfaatkan secara bebas oleh pihak berkuasa untuk menyusun pondasi ekonomi dan status sosialnya semakin tinggi. Dengan demikian, manusia buka lagi tujuan dalam pendidikan. Mencintai pekerjaan dan bekerja menjadi keindahan tersendiri dalam keharmonisan dalam membangun diri bangsa yang kokoh dan berpandangan ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H