Bias cahaya itu menggandeng ibu
masuk ke kamar pagi berdebu
tegas membelai sadar buah hati
harapnya terselip dalam senyum melati
tegap punggungnya menahan pilu
kuat tangannya menjinjing malu
semua demi anak dahulu
dia melupakan keriput dan mata layu
baginya waktu istirahat tak perlu
dipatahkannya jarum jam sembilu
lalu dijahitnya waktu yang berlalu
ibu memang begitu
bagai jalan keras berbatu
dan hanya ayah yang tahu itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!