Pagi saat mentari terbit
Sore saat mentari kembali merunduk
Mereka adalah waktu ku meminum obat
Obat suntuk dan jenuh penat
Berantakan namun indah
Rapi tapi berserakan
Kusut, juga menggemaskan
Kacau dan menarik
Bertabur random peputihan mahkota bunga liar
Bergerombol bagai berita belakangan
Sedangkan rumput teki menahan tingginya dengan anggun
Selepas putusnya silahturahmi masyrakat,
Terlihat di pojokan rumpun keladi membesar tak tertahan
Pertunjukan belum memuncak
Panggung dengan latar buritan rumah kosong berisikan sajian utama
Lalang dan indahnya lelekuk gerakan mereka disapu angin yang membawa berita
Beritanya berisi galau gulana putik sari lalang tentang pemuja yang terkurung dalam rumah
Mengambil tekad bulat, lalu mereka melepaskan tulus gerakan manis mereka
Kurang rasa bila penampil utama tak berhias para penari latar belakang
Segera dipanggil penari akrobat udara
Raga mereka ramping bagaikan pesan singkat dari sebuah wabah
Berpindah antarlalang, tanpa ragu menyebar dan merebak
Mentari pagi penunjukkan mereka harus keluar panggung
Mentari senja mengatur mereka masuk dan menutup panggung
Angin sepoi berharap-jawab, pertunjukan ini semoga lekas usai
Terpukau, Sang paduka dari singgasana menyiuli mereka atas penampilan ciamik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H