Mohon tunggu...
Tiki Taka
Tiki Taka Mohon Tunggu... -

The World I Understand...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karut Marut Standar Alamat Rumah Indonesia

20 Oktober 2011   01:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:44 3026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sering rada terganggu jika ada orang menelepon saya menanyakan “ancer-ancer” rumah saya untuk mengantar sesuatu dan jika saya sudah merasa memberikan alamat yang jelas. Kadang sih oke, tetapi kalau sudah dua-tiga kali masih menelepon (biasanya sudah dekat2) sepertinya ada yang salah. Saya coba menganalisa, ternyata memang ada kendala untuk “pinpoint” dengan cepat dan efisien sebuah alamat di Indonesia pada umumnya. Ditambah lagi kemalasan dan keterbatasan aksesibilitas sang pengantar/kurir terhadap buku peta, gps, layanan peta internet (google maps) dsb. Pengantar/Kurir/Sopir hanya mengandalkan “kira-kira di daerah mana” (kecuali kurir yang daerah operasinya kecil dan tertentu). Dari analisa, memang saya menemukan kerancuan pada standar penulisan alamat yang baku di Indonesia. Sebenarnya ide dasarnya alamat semua sama. Jika anda familiar dengan hirarki penyimpanan komputer, maka anda mengerti yang saya maksud. Misalkan anda menyimpan sebuah dokumen, maka anda akan menyimpan di dalam sebuah folder yang mana folder tersebut bisa tersimpan dalam folder lain sampai akhirnya ke tahap paling atas/luar. Untuk menemukan lokasinya kembali anda harus tahu urutan kebalikannya dari yang paling atas sampai ke bagian penyimpanan/folder paling dalam sampai ke dokumen yang dicari. Hirarki ini bisa berjalan “jika tidak ada nama yang sama dalam satu level”. Sistem alamat rumah/pos juga menggunakan kaidah yang sama dengan sistem hirarki komputer di atas. Kaidah penulisan yang umum adalah mulai dari level jalan dan diakhiri dengan level setingkat provinsi/state, meski di negara tertentu seperti Jepang dibalik urutannya; dari yang level besar seperti prefektur baru ke tingkat blok. Tidak mengapa urutannya terbalik, yang penting jelas konvensinya dan konsisten. Permasalahan alamat di Indonesia terjadi karena tidak ada standard yang baku dalam menentukan format alamat rumah. Mungkin saja telah ada dibuat baku dan diatur oleh lembaga tertentu entah itu PT Pos Indonesia, LAN, SNI, Kemendagri atau biro lainnya, tetapi tidak mudah ditemukan peraturannya karena memang mungkin tidak pernah di-enforce. Akibatnya setiap orang beropini sendiri mana yang terbaik untuk mendeskripsikan alamat rumahnya dan biasanya hanya ikut-ikutan alamat yang sudah ada. Coba lihat alamat di bawah ini: Bp. XXXX Jl. Cempaka Baru 3 No. 15 RT 003/04  Kelurahan Cempaka Baru Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat 10640 INDONESIA atau Ibu XXXXXX Jl. Jati Raya no.5 RT003 RW 01 Kel. Cibodas Baru Perum Perumnas Karawaci 2 Tangerang Banten 15138 INDONESIA Meskipun dengan format alamat di atas kemungkinan besar akan sampai, tetapi kita lihat sangat tidak efektiv dan terlalu panjang (bertele-tele). Saya melihat ada kesalahan mendasar di sini: Pencampur adukan antara pembagian wilayah (lokalitas) dengan pembagian administratif (kependudukan). Kita ketahui, hirarki administratif kependudukan di Indonesia jenjangnya sangat panjang. Mulai dari Negara (pusat), Provinsi, Kabupaten atau Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan atau desa, RW dan RT. Hirarki ini meskipun bisa dijadikan sebagai model baku alamat, saya lihat kurang tepat. Terlalu panjang, dan bertele-tele. 1. Yang paling jelas adalah RT dan RW. Seharusnya RT/RW cukuplah dijadikan pembagian secara administratif, tetapi tidak perlu dimasukkan ke dalam penulisan alamat baku. Konsekuensinya adalah penomeran Jalan/Gang haruslah independent dari RT/RW (sepanjang jalan jangan ada nomer yang sama meskipun RT/RW berbeda). 2. Untuk level berikutnya, harus ditentukan mana yang akan dimasukkan ke format alamat (lokalitas). Untuk Indonesia ada 3 kandidat pada pembagian administrativ: Kabupaten/kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan dan tentu ada konsekuensinya. Jika memilih kabupaten/kotamadya, maka resikonya ada nama jalan yang sama (karena daerahnya luas) tetapi bukan berarti tidak bisa dibenahi. Jika yang dipilih kelurahan, maka ada kemungkinan nama kelurahannya masih asing sehingga membingungkan pencari alamat. Yang terbaik mungkin adalah Kecamatan, tetapi sayangnya kecamatan sering ditinggalkan tidak lazim. Di sinilah pembuat keputusan berembuk, membuat keputusan dan mengawal/menerapkan (enforce) mana yang terbaik. 3. Alamat kompleks haruslah dihilangkan dan harus melebur ke alamat standard. Ini agak sulit karena biasanya yang membuka areal/lahan baru adalah pengembang dan nama kompleks “stuck” di sana. Sebenarnya ini mudah diatasi dengan meng-incorporate/mengadopsi nama kompleks menjadi lokalitas/administratif  (kelurahan baru). Hal yang sama juga seharusnya berlaku bagi nama gedung atau daerah industri (tetapi lebih fleksibel).Yang terpenting adalah niatan dan keinginan yang kuat untuk mendobrak tradisi bertele-tele. Contoh alamat yang panjang (bertele-tele) contoh tadi di atas sebenarnya berpontesi menjadi seperti di bawah ini: Bp.  XXXX Jl. Cempaka Baru 3 No. 15 Cempaka Baru, DKI 10640 INDONESIA Ibu XXXXXX Jl. Jati Raya no.5 Cibodas Baru, BANTEN 15138 INDONESIA Kalau sudah rapi seperti ini, saya yakin index alamat akan bisa dibuat lebih mudah. Buku peta jadi lebih jelas, layanan GPS dan Peta Internet (google/wikimapia) akan lebih mudah mem-pinpoint sebuah alamat. Tetapi syaratnya harus dibakukan dan ada keinginan dan itikad baik dari pembuat keputusan. Bisnis pun bisa memetik keuntungan dari sini. Sebagai perbandingan di negara maju, saya ambil contoh USA dan Australia, alamat cukup bisa ditulisakan dalam 2 baris (jika tidak memasukkan nama negara): Mr. XXXXX 104 Avent Ferry Rd Raleigh, NC 27606 Mrs. XXXXX 119 Howard Rd Padstow, NSW 2211 Contoh pertama adalah alamat di US dan contoh kedua adalah alamat di Australia. Pada baris pertama, semua sama, merupakan level “street/road” atau jalan. Jadi berupa nomer dan nama jalan. Pada baris kedua, meskipun terlihat sama, approach kedua negara sebenarnya berbeda. Di US baris kedua memasukkan munisipalitas (pemerintahan terkecil yang berdiri sendiri seperti kota) sementara Australia memasukkan lokalitas (suburb) yang hanya menunjukkan nama daerah (bukan pemerintahan, tetapi tetap punya batas wilayah yang jelas). Baris kedua sama-sama ditutup dengan State/negara bagian dan kode pos. That’s it. Simple.  Dijamin kalau cari di google map/ atau kirim paket akan sampai ke alamat di atas. Catatan: untuk Australia, suburb dan kode pos punya penggunaan sendiri-sendiri. Kode pos sebenarnya untuk penggunaan routing surat bagi PT Pos Australia. Tidak semua suburb punya kode pos sendiri (one-to-one), kadang beberapa suburb punya kode pos sendiri (many-to-one).

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun