Buat yang belum tahu, ini nih yang namanya LoA alias Letter of Acceptance.
LoA Southampton. Klik untuk memperbesar
Posting kali ini, aku akan membahas serba-serbi LoA khususnya untuk postgraduate atau pascasarjana di Inggris, Belanda, dan Selandia Baru.
Setiap negara bahkan kampus punya istilah sendiri untuk menyebut surat penerimaan. Australia dan Selandia Baru lebih sering menggunakan istilah Letter of Offer atau Letter of Admission. Dengan dikeluarkannya LoA, kamu memperoleh penawaran melanjutkan studi di universitas terkait. Penawaran lho ya, bukan diterima. Karena kamu lah yang memutuskan akan menerima penawaran itu atau tidak.
Berbeda dengan di Indonesia, umumnya universitas di luar negeri tidak menyelenggarakan tes masuk seperti SNMPTN. Kamu hanya perlu mengumpulkan berkas dan persyaratan sesuai ketentuan kampus dan program. Sebelumnya, kamu perlu tahu bahwa ada 2 macam LoA di universitas di luar negeri, khususnya Inggris dan Belanda, yaitu:
- Conditional Offer atau penawaran bersyarat. Kalau kamu dapat Conditional Offer, artinya masih ada berkas atau persyaratan yang belum terpenuhi. Eits! Tidak semua universitas bisa mengeluarkan Conditional Offer lho. University of Auckland, Selandia Baru, tidak mengeluarkan Conditional Offer. Jadi kalau memenuhi syarat ya kamu akan didukung untuk mendaftar lagi di periode berikutnya. Begitu kata suratnya. Penolakan secara halus dan lembut. Hehehe..
- Unconditional Offer atau penawaran tanpa syarat. Artinya, kamu sudah memenuhi semua kriteria pendaftaran. Selanjutnya kamu tinggal menentukan mau diapakan nih LoA. Pilihan yang diberikan dari universitas berbeda-beda. Misalnya, University of Southampton hanya memberi 2 pilihan bagi penerima Unconditional Offer: menerima, atau menolak. Sementara Lancaseter punya 3 pilihan: menerima, menolak, atau defer (diperpanjang hingga tahun ajaran berikutnya).
Bagaimana cara memperoleh LoA?
Jawabannya cuma 1, MENDAFTARLAH! Percuma kamu datang ke expo, tanya ini-itu, tapi nggak ada aksi untuk mendaftar. Ya nggak? Meski demikian, ada beberapa hal yang harus kamu lakukan sebelum mendaftar.
1. Riset
Jangan sepelekan riset sebelum kamu menyesal kemudian. Riset yang dimaksud di sini adalah mempelajari dengan sangat seksama tujuan studi kamu. Apa saja yang perlu diriset?
- Program studi yang kamu tuju. Baca juga modul atau mata kuliahnya, apakah sesuai yang kamu harapkan
- Lingkungan kampus, baik dari sisi demografi maupun sosial. Kalau kamu nggak suka cuaca dingin yang ekstrim, jangan cari universitas di Skotlandia, misalnya. Atau kamu nggak bisa tinggal di lingkungan yang terlalu bebas, jangan pilih Belanda. Contoh lain adalah pertimbangan komunitas yang dekat dengan kita. Misalnya, banyak orang Indonesia ingin kuliah di Birmingham karena kota di Inggris tersebut dikenal dengan komunitas muslimnya yang besar.
- Syarat pendaftaran. Ini  yang paling penting. Setiap universitas, bahkan setiap program punya syarat masing-masing terutama GPA atau IPK minimum, dan kecakapan bahasa. Syarat yang paling umum antara lain:
- Transkrip (English)
- Ijasah (English)
- Bukti kecakapan bahasa (IELTS, TOEFL, dsb)
- Surat rekomendasi (English)
- Perhatikan syarat-syarat khusus juga, terutama di universitas 3 teratas. Misalnya, Imperial College Business School meminta kita merekam video profile dengan durasi maksimal 2 menit, lalu wawancara melalui Skype. Persyaratan khusus bisa juga terkait dana. Ada universitas tertentu yang mensyaratkan registration fee cukup besar.
Riset yang aku lakukan adalah browsing forum pelajar dan alumni, eksplorasi website universitas, datang ke pameran-pameran pendidikan. Pada beberapa universitas, aku juga minta dikirimkan prospectus, semacam buku promosi berisi informasi tentang universitas atau program terkait.
Ada juga universitas yang nggak menyediakan jasa pengiriman prospectus seperti UCL dan Imperial College London. Tetapi kamu bisa download e-prospectus atau pesan tailor-made prospectus, alias prospectus yang disusun sesuai kebutuhanmu.