Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menghubungkan beribu-ribu pulau. Sadar atau tidak kadang kita tidak sulit menerjemahkan bahasa melayu dikarenakan mirip. Bahasa Indonesia memang tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu. Mengapa bahasa Indonesia tidak diambil dari bahasa daerah? Dulu bahasa Melayu bisa disebut 'bahasa kecil' yang minoritas, yakni kurang lebih hanya 5% penutur aslinya (native speaker bahasa Melayu). Sedangkan bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan lain lain lebih besar tetapi tidak dipilih menjadi bahasa persatuan. Alasan psikologis dari bahasa Indonesia yang dijadikan bahasa persatuan adalah dengan dipilihnya bahasa 'minoritas' maka tidak ada kelompok yang menjadi iri atau terkucilkan. Contohnya kasus di Kanada yang menjadikan bahasa resminya yakni bahasa Inggris dan Prancis yang akhirnya sempat menimbulkan masalah.
Berawal dari pemilihan bahasa nasional yang penuh pertimbangan hingga disebut sebagai anugerah Tuhan. Bahasa Indonesia merupakan anugerah karena tidak dibangun dari bahasa mayoritas, dalam artian bahasa ini disumbang oleh banyak minoritas termasuk Tionghoa. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tidak punya center of excellence sehingga demokratis.
Sumpah pemuda menjadi awal kesadaran dari para pemuda untuk mengangkat dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dalam butir ke-3 Sumpah Pemuda, pemuda pemudi Indonesia meletakkan tonggak sejarah kebijakan bahasa di masa depan dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang kemudian dikukuhkan sebagai bahasa resmi nasional dalam UUD 1945. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa akademis, bahasa bisnis, hingga bahasa pergaulan internasional. Bahasa Indonesia dari aspek-aspek corpus bahasanya sendiri banyak diambil dari bahasa asing. Hal tersebut dikarenakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berkembang, maka memerlukan berbagai ilmu dan teknologi serta konsep baru dari luar. Dengan demikian bahasa Indonesia akan mendapat banyak kosakata asing yang tidak mungkin ada yang bisa mengontrol. Maka badan bahasa mencoba mengindonesiakan berbagai istilah asing itu.
Sayangnya bahasa Indonesia perlahan mulai ditinggalkan. Khususnya di kalangan generasi muda era sekarang lebih mementingkan dan menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang dianggap penting bagi masa depan mereka (karir). Dalam pergaulan juga sering ditemui campur bahasa antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Memang bahasa asing sangatlah penting untuk dikuasai sebagai jaminan karir yang lebih bagus. Beberapa pekerjaan juga menuntut syarat agar calon karyawannya menguasai bahasa Inggris. Namun penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga masih harus dijunjung tinggi sesuai butir ke-3 Sumpah Pemuda.
Butir ke-3 Sumpah Pemuda memiliki perbedaan dengan butir-butir yang lain. Dalam butir ke-3 terdapat kata "menjunjung tinggi" itu menandakan bahwa bahasa Indonesia itu letaknya di atas dari bahasa lain (bahasa daerah maupun asing). Penggunaan bahasa Indonesia di ruang public harusnya mengutamakan bahasa Indonesia. Misalnya penulisan bahasa Indonesia ditempatkan di atas dengan ukuran huruf yang lebih besar kemudian bahasa asing ada di bawahnya atau disebelahnya dengan ukuran huruf yang lebih kecil. Begitu juga dengan bahasa daerah. Bagaimanapun kita harus sadar bahwa bahasa daerah itu adalah penopang bahasa Indonesia. Kosakata bahasa Indonesia juga sebagian besar berasal dari bahasa daerah. Oleh karena itu bahasa daerah juga harus difungsikan. Penggunaan bahasa daerah yang ideal adalah di ranah keluarga. Dengan demikian kita bisa tetap mengutamakan bahasa Indonesia sementara kita juga tidak menafikan penggunaan bahasa asing dan bahasa daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H