Mohon tunggu...
Tika Sinaga
Tika Sinaga Mohon Tunggu... Pengacara - A dedicated Worker

Corporate Lawyer at MAPLAW I Board of Trustee of The Lantern of Land and Nation Foundation I Worker I Blogger I Passions in Coffee, Violin I Anti Smoking Activist I

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kota Bunga Jadi Kota Arab

29 April 2016   22:22 Diperbarui: 2 Mei 2016   09:12 1945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sekitar lebih dari 4 Tahun saya tidak ke Kota Bunga, sampai punya hutang PBB; jadi jumat, minggu lalu saya ke Kota Bunga. GAGALl! Ternyata Kantor Kota Bunga sekarang hanya buka Senin s/d Rabu. Karena sudah telanjur di Kota Bunga, saya riset lah kepo melihat-lihat perubahan apa yg terjadi.  Di Pintu I ada bangunan besar dengan Plang besar MARKAS ALJAZEERA. Saya pikir Kantor Berita Al Jazeera, ternyata bukan. Itu Restoran dan Hotel yang konon kata Penjaga rumah saya, ada satu ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh kaum Pria saja.

 "Apa ada tari perut yang melempar-lempar uang di atas perut pak?" tanya saya. Jawab si Penjaga: "Mungkin bu". (Dia orang lokal, jadi dia juga mungkin ikut merahasiakan); Hmmmmmmmmm.  Jalan antara pintu 1 dan 2 Kota Bunga banyak sekali Resto, Kafe, dan tempat usaha dengan plang bahasa Arab, jadi kita tidak mengerti itu resto/usaha apa, karena tidak ada bahasa Indonesianya atau Inggris. (Bukankah ini harus ditertibkan?)

Saya kelilingi Kota bunga; beberapa perempuan  arab berjalan pakai cadar bersama anak-anaknya. Kolam renang di dekat kantor juga penuh dengan wajah arab.  Nyaman banget mereka terlihat, seperti di negara mereka. Terlihat ada Lelaki-lelaki arab bergerombol di beberapa rumah sambil menghisap SHISHA, tertawa-tawa (ngakak). Saya putuskan datangi salah satu rumah bersama driver & penjaga rumah saya; mereka  semua berdiri menyambut saya dengan tegang awalnya. Saya memperkenalkan diri saya  dan mengajak mereka ngobrol di teras villa yang mereka sewa. Akhirnya suasana jadi cair. 

They all spoke broken  english. Salah satu cukup intellect dan berbahasa Inggris dengan cukup baik bahkan punya kartu nama.  Laki-laki itu semua "married man" dari negeri-negeri kaya minyak dan lagi "HOLIDAY" saja di Indonesia tanpa keluarga; Mereka juga saling mengenal satu sama lain di Kota Bunga. (Mungkin tadi mereka sedang cekikikan saling sharing tentang perempuan lokal).  Sudah 1 minggu mereka disana dan mereka dijemput oleh satu agent langsung dari Bandara ke Kota Bunga. Jadi praktis mereka tidak pernah kemana-mana selain kawasan Puncak. Amazing! Enggak kepengen sama sekali ke Bali atau Raja Ampat. Si Intelek bercerita, banyak Agent  yang memang hanya menawarkan wisata dari Arab langsung ke Kota Bunga termasuk menyediakan "Prostitusi". 

Jadi Wisata "Direct to Kota Bunga" ini masuk dalam kelompok -upper class lah. Sekarang Wilayah Ciawi mereka anggap lower-class (secara khusus saya bertanya mengapa tidak ke Ciawi). Sesekali konsentrasi saya terpecah karena beberapa Arab men naik motor besar gerung-gerung suaranya seperti geng motor dan mendengar mereka berteriak-teriak dengan excited. Lalu terdengar bunyi ledakan! Saya terkejut dan bertanya "bunyi apa itu???"  ternyata bunyi petasan di siang bolong tanpa event apapun!!!.Saya yakin di negara mereka-pun tidak sebebas itu main petasan. Di Negara ini juga ada Undang-undang yang mengatur petasan.

Saya tidak tahu siapa Management pemilik kawasan Kota Bunga sekarang, yang meminta iuran PPL sebesar hampir Rp. 500.000 rupiah per bulan, tapi membiarkan konsep Kota Bunga yang lama menjadi seperti konsep kawasan prostitusi arab. Kota Bunga terkonsep tanpa sistem RT, RW,  dan dikelola oleh Management Pengembang. Kalau ini terjadi di Jakarta pasti sudah saya QLUE dan minta RW, Lurah, Camat sampai Gubernur membenahi ini semua. Saya termasuk salah satu pemilik lama Villa Kota  Bunga, jadi merasakan setiap perbedaan yang ada sejak tahun 1998 saya membeli Villa itu. Kata Penjaga Villa saya, sudah sering Orang Indonesia yang menginap disana terkejut-kejut dan ribut dengan Arab karena masalah sopan santun atau main petasan sembarangan.

Menurut saya kebebasan "infiltrasi" kultur dan sex ala arab di Puncak ini sudah sangat luar biasa bablas dan tanpa kontrol dari pemerintah. Presiden @Jokowi harus memerintahkan mentri atau pemda dan pihak-pihak terkait untuk memeriksa seluruh kawasan puncak itu. Saya yakin selain Prostitusi banyak pelanggaran lain seperti masalah perijinan tempat usaha, ijin tinggal, perdagangan manusia dan sebagainya. Saya yakin juga ada pembiaran yang bersifat  "massive"dan terstruktur.

 KOTA BUNGA-ku jadi KOTA ARAB
 @aheryawan @Deddy_Mizwar_ @Kemenkumham_RI     @RamliRizal  

 ‪#‎Wisatasexturisarabdipuncak‬
 ‪#‎Terimakasih‬ untuk share ini supaya sampai ke Pengembang Kota Bunga dan Pemda terkait

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun