Aku benar benar dibuatnya dilema, aku takut jika dia pulang aku akan ditinggalkannya seperti kasus yang lainnya. Sekali lagi aku bertanya padanya, "mas, apa mas sayang sama aku?, Selama ini mas gapernah bilang klo mas sayang sama aku". Sampe akhirnya ternyata dari doaku, ditengah kegundahan hatiku aku bertemu seorang laki" yang sabar. Aku berdoa seraya air mataku menetes karena senja itu. Senjaku kini hambar. Dan laki laki itu terus berusaha untukku.
Tak lama aku berkenalan laki laki itu datang kerumah membawa orangtuanya. Dan kita menetapkan hari lamaran. Aku sedang memikirkan senjaku. Bagaimana hatinya mendengar ini, apa dia baik baik saja? Apa dia sakit hati padaku?. Hatiku pun kecewa, aku berharap lebih padanya, tapi mungkin kita tidak berjodoh.
Aku sudah salah padanya dan aku juga gabisa berbuat banyak. Karena di dalam adat jawa, jika seorang perempuan menolak lamaran pria belum tentu dia akan dilamar kedua kalinya dengan cepat. Dan di suatu waktu senjaku sudah berada di indonesia tepat 2 minggu sebelum aku bertunangan dia sudah kembali disini, dirumahnya didekat rumahku yang hanya berjarak 20km. Dia hampir menemuiku saat aku bertunangan. Mungkin dia memang sengaja tidak memberitahuku ketika dia sudah berada dirumah saat itu karena gamau merusak perasaanku yang masih miliknya. Sore hari setelah aku bertunangan, dia menelfonku. Dia menyesal karena dia ga pernah mengutarakan perasaannya terhadapku. Dia gapercaya bahwa aku sudah dilamar laki laki itu. Ujung penantian yang belum pernah terfikirkan olehku sebelumnya.
Beberapa bulan setelah telfon itu, kita sudah jarang berkomunikasi karena dia mengalah untuk tidak bertemu denganku. Mungkin saat itu kita sedang menata hati masing masing. Menghadapi kenyataan bahwa kita memang ga saling memiliki. Akhirnya setelah lama ga berkomunikasi dia menghubungiku lagi dengan mengajakku bertemu, mungkin dia rindu dan aku pun begitu. Rindu ini memang harus diselesaikan entah bagaimana caranya supaya gaada penasaran dan gaada lagi saling menyalahkan.
Sampai saat ini aku dan senjaku berjarak lebih jauh. Kita sama sama tau dan kita saling melihat di kejauhan. Ingin rasanya aku menangis tetapi sekali lagi, aku tidak boleh egois. Aku sudah menjadi milik orang lain. Dan dia tetap berlapang dada untuk itu. Yaa mungkin kita ga berjodoh di dunia, tapi aku yakin suatu saat jika doa kita saling bertautan kita akan bertemu dilain waktu.
Senja, terimakasih..
Tetaplah menjadi senjaku yang lalu.
Semoga allah melindungimu dan aku akan selalu mendoakanmu, bukan sebagai semangatku tetapi sebagai kakak kandungku.
Dengan cara itu aku bisa melihatmu dan terus mendoakanmu.
Semangatlah menjalani tugas mu saat ini..
Jangan menjadi jahat karenaku, bukalah hatimu.
Aku sudah belajar ikhlas jauh sebelum kamu meninggalkan ku saat tugas afrikamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H